12. Mata Mata Alea

140 8 0
                                    

"semakin hari semakin dipenuhi teror, kita sudah pindah lebih dari 3 kali selama sebulan ini"

"tidak bisa dipungkiri kita butuh bu boss"

Lelaki berpakaian serba hitam itu menjatuhkan cerutunya dan menginjaknya dengan ujung sepatu

"dia sudah meninggal 2 bulan yang lalu, dan sudah 2 bulan kita semakin lemah"

"hey dude, aku jadi merasa tidak berguna menjadi laki-laki"

"Mackenzie saat ini hanya ditakuti oleh kelompok mafia kalangan bawah saja"

"turun pamor" Lelaki itu mengetuk kepala lelaki di sebelahnya

"oh aku baru ingat, kemarin aku bertemu dengan satu wanita"

"serius kau menceritakan ini pada kita?"

"cih dengar dulu bodoh"

"ya, lalu"

"dia mengaku kalau dia Fayes"

Daren memutar bola matanya, "sudah berapa Malvo? Banyak yang mengaku sebagai Fayes untuk menyusup ke markas baru kita"

"bukan begitu Daren, dia hafal gerak gerikku, tatapannya sewaktu berkata jika dia Fayes seakan jujur"

"ya kau liat saja dia Fayes bukan" Malvo menggeleng

"dia detektif"

Kali ini Daren mengerutkan keningnya, apakah sekarang Mackenzie sudah menjadi daftar buron di kepolisian

"dia bilang apa?"

"ya dia hanya bilang kalau dia Fayes, tapi sebelumnya dia memanggil namaku, padahal disitu aku menggunakan pakaian tertutup"

"Alden, perintahkan beberapa anggota untuk mengintai wanita yang dimaksud Malvo"

"sepertinya kantor tempatnya bekerja di kantor kepolisian Manhattan depan Ert's Café"

"baik, aku akan mengirimkan beberapa anggota untuk memata-matainya"

"1 atau 2 saja, kita masih butuh banyak anggota di sini"

Lelaki bernama Alden itu segera memerintahkan Ellard dan Lian untuk mengintai detektif wanita yang mengaku sebagai Fayes, bos besar mereka

--

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi gadis ini masih setia dengan layar komputernya, mengorek data mengenai 'Lemuel Linford'

"anggota mafia Linford? Cih kelompok mafia kecil rupanya" Alea terkekeh melihat data yang baru saja ia dapatkan ini, cukup menyita banyak percobaan untuk mendapatkan data anggota mafia.

Kalau saja ia masih menggunakan akun Mackenzienya pasti tidak membutuhkan waktu sebanyak ini. Pasalnya, sampai sekarang ia belum bisa mengakses akun Mackenzienya. Lumayan menyesal juga ia membuat seketat itu sistem keamanannya.

Ia segera mengambil data tersebut dan menutup lagi akses masuk situs data pribadi Lemuel Linford tersebut.

"lapar juga ya, padahal hanya mendapatkan satu data" gumam Alea yang segera turun ke bawah menuju dapurnya

"Adriel"

"eh Non Alea, aku sedang memasak mie instan non, non mau?" tawar Adriel, saat ini ia sudah sangat terkagum-kagum dengan Alea, dan ia sudah merasa memiliki tahta tertinggi dibanding bodyguard yang lain karena menjadi asisten pribadi Alea

"boleh" jawab Alea

Dengan senang hati Adriel memasakkan mie instan untuk majikan panutannya itu

"oiya non, apa aku boleh tanya?"

"hmm.."

"Non Alea merasa tidak kalau Non Alea sudah berubah sejak pulang dari rumah sakit?"

Sudah lama ia ingin menanyakan perihal ini, namun majikannya ini selalu sibuk saat bertemu dengannya, kalau tidak sedang mengajaknya tarung atau gym

"sepertinya iya, tapi aku belum sepenuhnya ingat sih" jawab Alea

Pertanyaan Adriel membuatnya memikirkan ingatannya tentang sepotong kehidupan wanita yang ia tempati tubuhnya ini

"apa sebenarnya alasan Alea meninggal" gumamnya

"kenapa non?"

"tidak tidak, aku hanya menggumam"

"non tau tidak, meskipun non berubah jadi dingin, tegas, arogan, tapi semua orang yang bekerja disini semua mengagumi non yang sekarang, non yang sekarang keren" ucap Adriel yang sudah menyuguhkan mie instan buatannya

"jadi kau ini mau mengatai ku atau mau memujiku" ucap Alea sambil mulai memakan mie instannya

"hehehe tidak non, memang benar adanya"

"kau duduklah kalau makan, sudah makan sambil berdiri sambil bicara pula" komentar Alea yang membuat Adriel membulatkan matanya

Pasalnya tidak ada yang berani duduk apalagi makan di ruang makan utama, terlebih lagi makan bersama majikannya

"disuruh duduk malah memelototiku, mau aku ajak tarung senjata?"

"eh eh tidak non ampun, tangan kosong saja aku babak belur apalagi bersenjata" jawab Adriel bergidik ngeri membayangkaan bagaimana nasibnya jika tarung senjata dengan majikannya, apalagi melihat Alea sesempurna itu dalam berlatih menembak target

Akhirnya Adriel duduk dan makan mie instan bersama Alea sambil melanjutkan obrolannya

"jadi kenapa kalian bisa mengagumiku yang sekarang?" tanya Alea melanjutkan perbincangan

"dengan hitungan bulan non sudah jago bela diri, menjinakkan bom, lompat dari balkon, jago menembak, jago semua deh" Adriel menceritakannya dengan sangat antusias

"kau tidak sedang menjilatku kan, agar aku tidak mengajakmu tarung lagi kan?" tanya Alea dengan memicingkan matanya mencari kebohongan di mata asistennya itu

"ya tidak lah non, saya cerita benar kok, riiill" jawab Adriel dengan yakin

"dan aku senang saja menemani non tarung, menemani latihan tembak, apalagi aku juga diajak latihan aku jadi merasa semakin gagah"

Adriel memang lebih tua dari Alea, berhubung ia adalah bodyguard sebelumnya maka olahraga, gym, bela diri, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari, ditambah sekarang ia terus dilatih oleh majikannya

"gantian dong aku yang ingin bertanya"

"boleh banget nonn, mau tanya apa?"

"aku dulu punya musuh?" tanya Alea yang membuat Adriel spontan menggeleng

"tidak ada lah non, non kan baik, periang, suka menolong orang, suka memperbanyak teman, pemaaf, siapa yang mau jadi musuh non" jawab Adriel

Alea bergidik mendengar jawaban Adriel,

"selemah itukah Alea, pantas saja hampir anggota kepolisian menganggap remeh, belum tau saja yang mereka anggap remeh adalah ketua Mackenzie" batin Alea

"memang ada apa non? Ada yang mengganggu non?"

"tidak ada, hanya bertanya"

"lagian kalau non diganggu juga tidak perlu aku maju ya non, sekarang kan non superwomen" ucap Adriel yang dihadiahi kekehan oleh Alea

Mereka sudah selesai memakan mie instan mereka

Dor!

Dor!

Mereka yang sedang berbincang terkesiap mendengar bunyi tembakan

"ambilkan revolverku, dan kita bertemu di luar" setelah memerintahkan Adriel, Alea segera bergegas menuju kamar kedua orang tuanya

Ceklek

"terkunci, aman" gumamnya

"jaga pintu kamar papa dan mama, perintahkan 2 pengawal lagi jaga jendela kamar papa dan mama" perintah Alea yang melihat pengawal Matteo berlari ingin mengecek keadaan tuannya

"baik non, non jangan keluar, suara tembakan berasal dari luar" ucapan salah satu pengawal diabaikan oleh Alea

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang