43. kembali?

34 3 0
                                    

"woah biar kutebak, kalian menghabiskan liburan berdua ke tempat swasta kan sampai bolos satu hari" ucap Edgar yang melihat hari ini Alea dan Elvio berangkat bersama

Padahal mobil kesayangan Alea sedang berada di bengkel, dan ia tidak diizinkan orangtuanya untuk membawa motor makanya dia meminta Elvio menjemputnya.

Alea menatap Edgar dengan tidak minat lalu memicingkan matanya

"ke tempat swasta apa?" sahut Elvio

"ke luar negeri kan"

"bukan begitu konsepnya" geram Elvio

"ah intinya kalian berlibur berdua kan, iyakan" kehebohan Edgar terdengar oleh banyak anggota termasuk Naomi yang sudah mengepalkan tangannya kesal

"belum kapok juga bocah itu"

"Alea, kau mendapatkan surat" seorang anggota wanita memberikan surat kepada Alea

Alea menerimanya dan segera berjalan ke ruangannya. Membuka suratnya dan menatap surat tersebut penuh arti. Ia sangat tau siapa pengirimnya walaupun tidak dituliskan.

"idih mainnya surat-suratan" Alea segera menutup suratnya, dan mengalihkan pandangannya ke Elvio

"ngapain?"

"ini ruangan kita kalau kau lupa" ucap Elvio lalu duduk di tempatnya

Benar juga, ini ruang tim detektif khusus, kenapa Alea harus menanyakan itu. Sepertinya ia memang sedang tidak fokus karena surat itu.

Alea menidurkan kepalanya di meja. Memejamkan matanya, bukan untuk tidur tapi ia memikirkan perkataan Elvio saat di pesawat tadi.

Jika suatu saat ia sudah berhasil kembali ke Mackenzie, bagaimana kehidupannya sebagai detektif? Dan bagaimana dengan keluarganya, maksudnya keluarga Alea. Apa mereka akan menerima semua kenyataan atau bagaimana?

Kepalanya sangat sakit memikirkan ini. Untuk pertama kalinya ia memiliki perasaan tidak tega terhadap Matteo dan Amora jika harus memberitahu bahwa anak aslinya memang sudah meninggal hari itu, dan raganya kini terisi jiwa seorang mafia.

"hei, kau sakit?" Elvio datang dengan memeriksa kening Alea

Alea mengangkat wajahnya, nampaklah wajah kusutnya. Melihat itu membuat Elvio gemas sendiri.

"dunia milik berdua, aku hanya menyewa sampai ajal menjemput" celetuk Edgar dari kursinya

Alea menatap Edgar datar namun tajam, "sepertinya aku dipanggil komandan, hehe, aku pamit dulu"

"apa papa dan mama pemilik tubuh ini akan ikhlas ya, raga anaknya ditempati oleh orang sepertiku?" Alea menatap lurus, tatapannya kosong

"aku tidak bisa meyakinkan hal itu, tapi mau tidak mau inilah takdir, bagaimanapun orangtua Alea harus menerima itu"

"aku terbiasa hidup sendiri, tanpa keluarga, tanpa orang yang menyayangiku sedalam mereka, dan kini aku harus mengecewakan mereka?"

Tangan Elvio mengulur mengelus punggung Alea, berniat menenangkan gadis itu. Alea mengalihkan pandangannya kepada Elvio

"bagaimanapun tempatku bukan disini, sama saja aku berhianat dari dunia bawah kalau begini caranya" keluh Alea yang sudah menyandarkan kepalanya di samping perut Elvio

"aku akan selalu mendukungmu dan membantumu, dimanapun posisimu, sebagai siapapun kau, aku akan ada disampingmu"

Alea memilih untuk diam, menenggelamkan pikirannya pagi ini. Perasaan yang sudah lama terkubur kini muncul kembali. Perasaan yang mengharuskannya memikirkan orang lain. Elvio dengan setia mengelus rambut Alea, mentransfer kekuatannya agar Alea tidak merasa sendirian.

Alea akui, ia yang selama ini bisa menghandle semuanya sendiri, jika ada sosok seperti Elvio ia akan lebih berpikir jernih.

"maaf mengganggu waktu pelukan kalian, tapi Komandan Aaron memerintahkan rapat sekarang" ucap Edgar yang entah sedari kapan sudah kembali masuk

Alea mengangkat kepalanya dari perut Elvio dan segera bangkit membawa notebooknya keluar dari ruangan menuju ruang rapat.

"jadi, cintamu sudah tidak bertepuk sebelah tangan ini?" Elvio hanya tersenyum malu menanggapi godaan dari Edgar

"kau doakan saja dia cepat menerimaku"

"kan sudah aku bilang jangan terlalu benci, nanti jadi suka" goda Edgar lagi yang membuat partner seniornya itu semakin memerah

Setelah puas menggoda Elvio, Edgar dengan segera menyusul Alea ke ruang rapat. Ternyata semua anggota sudah berkumpul disana.

Sesaat setelah Elvio dan Edgar duduk di tempatnya masing-masing, Komandan Aaron datang dan memulai rapat hari ini.

"ini adalah kasus besar yang berada di Chicago, diduga terdapat banyak penculikan dan pembunuhan disana"

"kenapa harus kita? Kenapa tidak Kepolisian Chicago saja yang ditugaskan?" celetuk Alea dengan datar membuat seluruh anggota memindahkan atensi kepadanya

"Komjen Seno yang memerintahkan kita, Kepolisian Chicago kesulitan menyelesaikan kasus ini, karena Kepolisian kita mendapatkan riwayat penyelesaian kasus terbaik di Amerika Serikat, maka Komjen Seno mengutus kita untuk membantu Kepolisian Chicago" jawab Komandan Aaron menjelaskan

Alea mengangguk tidak minat, ia sesekali melirik jam tangannya, lama sekali.

"jadi dalam bulan ini kita akan sementara berpindah tugas di Chicago untuk menyelesaikan kasus ini" jelasnya lagi

"izin bertanya komandan, apa semua anggota?"

"tidak, hanya beberapa intel dan tim detektif khusus beserta para pasukan pengawal saja, sisanya berjaga di Manhattan dengan saya"

Elvio sedari tadi sebenarnya kurang fokus dengan penjelasan dari Komandan Aaron. Ia memerhatikan kegelisahan Alea saat melihat jam tangannya. Entah apa yang ia tunggu. Sebosan-bosannya Alea mengikuti rapat tidak pernah sampai bolak balik melihat jam.

"baiklah jika semua sudah paham, sekian rapat kali ini saya tutup"

Setelah Komandan Aaron keluar dari ruangan, Alea buru-buru ikut keluar.

"Alea, mau makan siang bareng?"

"lain kali deh, aku ada janji" jawab Alea dengan terburu-buru

"makan siang denganku saja ayo" celetuk Naomi yang muncul disamping Elvio tiba-tiba

"aku sudah ada janji" Elvio meninggalkan Naomi dan menyusul Alea yang ternyata sudah masuk ke dalam taxi pesanannya

--

Dor!

Dor!

"bagus, kewaspadaanmu semakin meyakinkan kami, jika kau adalah Fayes"

Saat memasuki ruangan ini, Alea sudah disambut dengan dua tembakan bersamaan. Tapi, karena sudah terbiasa dengan mudah ia menghindari itu. Tingkat kewaspadaannya harus tetap dijaga disituasi apapun. Itulah yang ia ajarkan pada seluruh anggotanya.

"kalian sudah percaya?" Daren dan Malvo mengangguk lalu membuka slayer dan topinya

"selamat datang kembali pemimpin Mackenzie" ucap Daren dengan nada khasnya

Alea yang menatap kedua partnernya tidak percaya, untuk saat ini ia sudah tidak bisa membendung airmatanya. Air mata yang tidak pernah dilihat oleh Daren dan Malvo.

Memang bersama dengan Elvio membuatnya lebih bisa mengekspresikan sesuatu. Tidak hanya menatap datar dan dingin.

"kami memang sempat tidak percaya kau adalah Fayes sampai kami mengirimkan Ellard dan Lian, tapi karena banyak petunjuk yang mengarah kau sebagai Fayes, maka sekarang kami percaya kaulah pemimpin Mackenzie" jelas Malvo sambil mendekat kearah Alea dan menepuk pundak ketuanya itu

"jadi, apa saja yang dilalui Mackenzie tanpa aku?" tanya Alea pada kedua partnernya ini

"ah percuma saja jika kami jelaskan, kau kan pandai dalam mengetahui hal yang bahkan tidak orang-oranng ketahui" Alea terkekeh mendengar perkataan Daren

"ada satu hal yang tidak kau ketahui"

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang