77. Kehilangan

2 1 0
                                    

Fayes memarkirkan mobilnya lalu mengambil salah satu buket bunga yang ia letakkan di kursi sampingnya. Menarik nafas dalam memandangi buket bunga tersebut. Pada akhirnya orang-orang yang sudah mulai ia sayangi pergi dengan cara mereka masing-masing.

Tes

Kali pertama, Fayes meneteskan air mata bukan untuk orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Ia menguatkan hatinya untuk turun dari mobilnya dengan baju hitam dan kacamata hitamnya.

Fayes menghampiri salah satu makam dan meletakkan bunga tersebut diatasnya. Mengelus batu nisannya dengan senyuman yang ia paksakan.

"maaf sudah melibatkanmu disini, terimakasih telah datang dan mewarnai hidupku yang hanya mengenal hitam" ucapnya sambil terus mengelus batu nisan tersebut

Sekuat tenaga ia menahan sesak di dadanya, menahan air matanya agar tidak menetes, mencoba merelakan kepergiannya untuk selamanya.

"Fayes" Fayes menoleh ke arah suara yang memanggil namanya

Seseorang tersebut ikut berlutut di depan makam dan memeluk Fayes dari samping, mencoba saling munguatkan.

"ikhlaskan dia" air mata Fayes tidak terbendung lagi, air mata yang ia tahan sedari tadi lolos begitu saja

"meskipun pertemuan kita singkat, aku sangat menyayanginya, jennifer"

Jennifer mengangguk paham, ia menepuk pundak Fayes untuk menguatkannya

"aku sudah melibatkannya dalam masalahku, harusnya dia tidak terbawa sampai kehilangan nyawanya" sambung Fayes dengan suara yang sudah parau

"maaf aku telat" seorang laki-laki yang baru datang meletakkan buket bunga yang ia bawa dan mengelus batu nisan tersebut lalu ikut memeluk kedua wanita yang sedang bersedih itu

"kita berkumpul sekarang, jangan tangisi dia, ikhlaskan dia"

"iya Rell"

"pasti Reynand sudah bertemu dengan Alea disana, dan kalian Fayes, Jennifer, jangan meninggalkanku lagi seperti mereka"

Jennifer dan Fayes mengangguk dan mengeratkan pelukan satu sama lain

"aku harus pergi, masih ada satu lagi yang harus aku hampiri" ucap Fayes yang membuat pelukan kedua sahabat barunya itu dilepas

Farrel dan Jennifer mengangguk bersamaan, "kau akan menghampirinya, ya?"

Fayes mengangguk, "aku duluan, sampai bertemu lagi"

Sebelum pergi ia mengelus batu nisan bertuliskan Reynand Anderson itu sekali lagi dan berpamitan dalam hatinya.

Reynand tewas saat peperangan, dan Farrel sudah diceritakan secara detail siapa Fayes sebenarnya dan Jenniferpun mengakui jati dirinya di dunia bawah.

Setelah ini Fayes akan mengunjungi satu tempat yang selalu ia kunjungi sebelum kembali ke mansion Mackenzie.

Dengan kecepatan sedang, Fayes melajukan mobilnya dengan hati-hati. Sesampainya ia memarkirkan mobilnya di tempat parkiran dan mengambil buket bunga yang ia letakkan di kursi sampingnya. Menghirup wangi segar bunga tersebut dan turun dari mobilnya. Melangkahkan kakinya masuk dengan santai.

"Fayes"

"Paman Gerry"

Dengan langkah yang dipercepat, Fayes menghampiri Gerry yang sepertinya sedang bersiap akan istirahat. Gerry merupakan dokter sekaligus pemilik rumah sakit satu-satunya di dunia bawah. Tidak sembarang orang bisa memasuki area rumah sakitnya, hanya orang yang memiliki kartu identitas anggota saja.

"paman akan beristirahat?" ucap Fayes yang sudah berada di hadapan Gerry

Gerry mengangguk, "kamu ingin menengok dia?"

"iya paman, bagaimana keadaannya ada perubahan?"

"setelah operasi selesai tempo hari, ia belum ada menunjukkan tanda akan sadar, kamu harus tetap sabar ya"

Fayes menunduk memainkan pita yang ada di buket bunganya. Gerry yang mengetahui ketakutan Fayes segera mengangkat dagu gadis tersebut dan senyum lembut.

"tetap optimis, beri dia semangat agar aura baikmu dapat diterimanya, mana tahu nanti dia bisa sadarkan diri"

Fayes mengangguk semangat, benar kata Gerry ia kuat dan harus menguatkan bukan terus menerus sedih saat berada disisinya.

"kalau begitu, aku ke ruangannya, paman"

Gerry tersenyum dan mengangguk, membiarkan Fayes berjalan dengan bersemangat menuju ruang rawat.

Fayes mendorong pintu ruang rawat pasien dan memasuki ruangannya. Hanya terdengar suara mesin disana, ia meletakkan bunga yang ia bawa disamping buket bunga yang lain dan membuang buket bunga yang sudah mengering.

Ia mulai mendekat ke arah ranjang pasien dan duduk di tempat duduk yang berada tepat di samping ranjang pasien. Fayes mengelus tangannya yang dihiasi dengan infusan, menatap wajahnya sendu.

"masih betah tidur ya, sudah 3 bulan aku tidak mendengar suaramu" ucap Fayes yang mengalihkan elusannya ke wajah yang dipasang alat bantu pernapasan itu

"Mackenzie sudah mulai stabil di kejayaannya, Ollyxton sedang menutup kelompoknya untuk sementara karena berduka atas kematian tuan besarnya, dan pemimpinnyapun masih dalam fase pemulihan. Dunia tidak adil ya, El, kau yang berusaha melindungiku belum kunjung sadar sampai sekarang, sedangkan Ervan yang jahat sudah sadar dari 1 bulan yang lalu" racaunya dengan air mata yang mulai menetes

"aku rindu kamu, Elvio"

Hari ini rencana Fayes akan memindahkan Elvio ke rumah sakit sungguhan, dalam artian rumah sakit yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Ia tidak mungkin menyembunyikan secara terus menerus keadaan Elvio dari kedua orangtuanya.

Fayes mengecup kening Elvio dan keluar dari ruangan tersebut, untuk mengurus perpindahan rumah sakit. Ia harus menemui Gerry dulu untuk berterimakasih dan untuk membantu perpindahan Elvio.

Saat Fayes sudah mengurus segala administrasi Elvio, dengan sabar ia duduk menunggu kedatangan orang yang seharusnya selalu ada di sisinya. Namun, karena permintaan Fayes yang ingin memiliki waktu sendiri untuk hari ini, ia memintanya untuk menyusul saja.

"Nyonya" Fayes menoleh

"Alden, setelah Malvo dan Daren datang kemari, kau ikut aku ke Eropa" ucap Fayes kembali dengan nada datarnya dan diangguki oleh Alden

Alden menyerahkan paperbag yang dititipkan dari Daren sebelum ia berangkat tadi,

"ini makanan untukmu, Nyonya, Tuan Daren yang memberikannya, katanya kau pasti belum makan sedari pagi dan sembari menunggunya dan Tuan Malvo untuk datang kesini karena mereka sedang ada pertemuan dengan beberapa pemimpin kelompok"

Fayes menerima paperbag yang diberikan oleh Alden, membuka isinya dan mulai memakannya. Benar juga ia belum makan sedari pagi, ia terlalu fokus untuk berziarah dan menjenguk sampai lupa mengisi perutnya.

"Alden, menurutmu sampai kapan Elvio akan seperti itu?" tanya Fayes tiba-tiba dengan masih memandang makanan

"kita harus yakin jika Tuan Elvio akan segera sadar dan kembali bersama nyonya lagi"

"aku takut kehilangan orang yang aku sayangi lagi"

"dokter Gerry yang mengoperasinya langsung, nyonya, beliau juga yang merawat Tuan Elvio tanpa memerintah dokter lain, sebaiknya kita percaya dengan kinerja Dokter Gerry"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang