74. Perang besar dimulai

29 2 0
                                    

Setelah membaca pesan dari Jennifer, Alea dan Elvio sedang berada di perjalanan ke suatu tempat.

"kau yakin mereka ada disana?"

Alea mengangguk, "ah sial, ponsel Jennifer, papa, ataupun Reynand tidak ada yang aktif"

"pantas saja seluruh anggota Mackenzie yang aku sebar tidak ada yang bisa menemukan mama dan Ervan, ada Dion dibelakangnya ternyata" gumam Alea sambil menggenggam ponselnya erat melampiaskan seluruh amarahnya

"Dion?" Elvio melirik Alea sekilas lalu mengalihkan pandangannya kembali pada jalanan

"Iya, Dion pendiri Ollyxton sekaligus pemimpin Ollyxton sebelum Ervan, dia yang membunuh Aldrich" jelas Alea yang diangguki Elvio

"lalu tempat ini adalah tempat tinggal Dion?"

Kali ini Alea menggeleng, "ini rumahku"

Citt

"sial" Elvio menginjak remnya mendadak karena mendengar perkataan Alea

"sebentar, ini kita kerumahmu? Kerumah Fayes maksudmu?" Alea mengangguk

"memangnya kenapa?"

"kau yakin?"

Alea kembali mengangguk, "sudahlah kita harus cepat, sebelumnya kita mampir kerumahku, maksudnya ke rumah papa Matteo dan mama Amora"

Elvio mengangguk dan kembali melajukan mobilnya menuju rumah Alea. Sesekali ia melirik Alea yang masih dalam keadaan gelisahnya. Wajar saja ia takut kehilangan orangtuanya untuk kedua kalinya lagi.

Elvio menggenggam tangan Alea sambil pandangan terus mengarah ke jalanan. Alea yang melihat perlakuan Elvio merasa kegelisahannya sedikit berkurang.

Sesampainya di halaman rumah Alea, mereka disambut oleh penjaga rumah Alea. Elvio memarkirkan mobilnya dan turun dari mobilnya, Alea juga turun dari mobil dan mengajak Elvio langsung ke halaman belakang menuju ruang bacanya.

"aku tidak tau harus melibatkanmu atau tidak" ucap Alea saat mencoba membuka kunci pintu ruangan tersebut

"aku akan ikut kemanapun kamu berada dan selalu melindungimu"

Ceklek

Elvio merasakan suasana mencekamnya ruangan ini, sangat jauh dari suasana ruang baca. Sangat jauh menyeramkan.

"ini ruangan eksekusi sekaligus ruang pribadiku"

Alea membuka salah satu kotak yang terkunci. Elvio melebarkan matanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"ini semua milikmu?"

Alea mengangguk, "aku yang merakitnya, ambil 2, senjata jarak jauh dan jarak dekat"

Elvio memilih senjata api rakitan Alea sesuai dengan perintah Alea. Alea memasukkan beberapa barang ke tasnya, lalu mengambil beberapa peluru dari lacinya.

"mana senjatamu?" Alea menadahkan tangannya

"ini" ucap Elvio memberikan senjatanya kepada Alea

Alea mengambil senjata tersebut dan mengisinya dengan peluru di kedua senjata yang Elvio pilih.

"peperangan antara Mackenzie dan Ollyxton akan terjadi hari ini, kau yakin akan terlibat kali ini?" Elvio membolakan matanya

"maksudmu?"

"Ervan sudah menculik mamaku yang artinya sudah mencari umpan untuk memancing peperangan" ucap Alea sambil meletakkan senjata yang Elvio pilih di meja

"Malvo, Daren, dan Alden sudah bersiap menuju rumahku, disana pasti pasukan Ollyxton sudah banyak. Untuk menyelamatkan mama tidak mungkin jika Ervan apalagi Dion membebaskannya begitu saja" sambung Alea

"sudah aku bilang aku akan ikut dan melindungimu dimanapun kau berada" sahut Elvio mengulangi perkataannya

Alea memegang tangan Elvio, menatapnya dalam

"disini bukan kau melindungiku atau aku melindungimu, kita lindungi diri kita sendiri dan serang lawan. Arahkan senjata ke titik terlemah lawan bukan ke langit atau ke lantai seperti yang kau lakukan biasanya. Tujuan kita hanya satu, menyelamatkan mama yang mungkin saja bisa dijadikan kelemahan kita"

Elvio mengangguk paham, melepaskan tangan Alea dan mengambil senjata yang diletakkan Alea.

"ayo kita kalahkan Ollyxton"

Alea tersenyum dan mengangguk. Mengambil tas yang tadi ia isikan berbagai macam barang, dan mengambil revolver kebanggaannya. Keluar dari ruangan pribadi Alea menuju parrkiran dan melesat ke rumah keluarganya dulu.

"pasukan Ollyxton sangat ramai di tempat, mengepung rumahmu" ucap Malvo di earpiece

"tambah kecepatan, kita selamatkan mama sekarang"

Elvio menambah kecepatan, beberapa pasukan pengawal sudah menunggu di beberapa titik jalan untuk mengikuti mobil Elvio. Malvo dan beberapa anggota terus memantau rumah tersebut.

Sesampainya mereka disana, Alea sengaja menyuruh Elvio untuk memarkirkan mobilnya ke tempat yang lumayan jauh. Pasalnya memang rumah Fayes merupakan rumah satu-satunya yang berada di area itu, rumah yang memiliki halaman yang amat sangat luas.

"sudah siap?"

Elvio mengangguk yakin, "kita harus kembali dalam keadaan hidup, ya" Alea tersenyum dan mengangguk

Alea mengambil slayer Mackenzie untuk dipakaikan ke Elvio sebagai tanda pengenal agar anggota Mackenzie tidak salah sasaran. Juga mengantongi beberapa granat dengan kekuatan ledakan ringan yang ia bawa dengan tas tadi di sakunya

"masuk sekarang, yang penting adalah menyelamati mama bukan menghabisi Ervan ataupun Dion" perintah Alea melalui earpiecenya

Alea turun dari mobil diikuti dengan Elvio dan berjalan menuju gerbang utama rumahnya. Ia sempat menghentikan langkahnya, Elvio menatap Alea dengan tatapan bingung namun melihat raut wajahnya, Elvio mengelus pundak Alea

"kita selamatkan mama dulu, ya" Alea mengangguk dan membuka gerbang tersebut dengan penuh waspada, dibelakang dan disamping mereka sudah banyak anggota Mackenzie

Pasukan Ollyxton segera mengarahkan senjata laras panjangnya ke arah pasukan Mackenzie, terutama Alea dan Elvio. Bukannya memperlihatkan wajah takut atau panik, justru ekspresi yang Alea tampilkan adalah senyuman sinis.

"posesif sekali Ollyxton dengan rumahku, ya" ucap Alea sambil mengangkat revolvernya

"berani sekali pemimpin kalian menyentuh mamaku, keparat"

Dor!

Dor!

Bruk

Buagh

Alea menembakkan revolvernya dengan brutal diikuti oleh Elvio yang memang sudah sangat menguasai senjata tajam. Pasukan Ollyxton dan Mackenzie saling tembak dan saling menjatuhkan.

"Elvio, masuk" disela ricuhnya pertarungan antar anggota, Alea dan Elvio memasuki pintu utama rumah

Mereka berjalan dengan waspada dengan memegang senjata di kedua tangannya. Ya, mereka menggunakan senjata di tangan kanan dan kirinya.

Berbeda dengan situasi luar, suasana dalam rumah sangat hening, sepi tanpa anggota yang berjaga. Tidak mungkin Ervan dan Dion hanya menempati anggota di luar saja.

Tata ruangan, suasana, dan desain rumah tidak ada yang berubah, hanya bedanya sekarang dipenuhi dengan debu. Alea berjalan menuju satu bingkai besar yang berada di dinding, foto keluarganya.

"lihatlah, ada tamu disini"

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang