Chapter 32: Di Pengadilan Kekaisaran

5.3K 681 134
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Khun Pete, bagaimana bisa Anda mewarnai rambut sebelumnya saat kepala Anda baru sembuh?" tanya Arm dengan nada agak menelan.

Sedangkan Pete hanya menjawab sederhana, "Ya beli cat warnanya, dan Porsche membantuku untuk memakainya ke kepala. Kalau diaplikasikan di kaki namanya mewarnai bulu kaki, bukan mewarnai rambut."

Pete menjawab sambil mengamati dirinya sendiri di cermin besar, dan Arm yang berdiri di belakangnya.

Iya, Arm paham! Pintar sekali Calon Permaisuri cantik ini menjawab.

Tapi ini Arm ingin memarahi, tetapi wajah Pete sangat polos. Bagaimana bisa Pete tidak mengingat tentang luka di kepalanya?

Arm memeriksa bagian belakang dari rambut Pete, dan tertegun sejenak.

"Ada apa? Apa ada paku di kepalaku?" tanya Pete saat melihat Arm yang berhenti mengomel.

Ia sudah menyiapkan telinganya untuk mendengarkan komentar medis dari Arm. Namun Arm mengusap kepala Pete sebentar sebelum menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat berubah sejenak, sebelum Arm memperbaikinya kacamatanya pelan.

"Tidak apa. Aku akan membantumu menghitamkannya kembali." Hanya itu yang diucapkan Arm sambil melirik pada sebelah pipi Pete yang menggembung.

Seingatnya kemarin Pete dipukul di pipinya, dan Arm menyentuh pipi yang membengkak itu. Mengusapnya pipi itu dari belakang, dan sedikit muncul senyum di sudut bibir Arm. Ini pertama kalinya Arm berani menyentuh Pete di bagian wajahnya, dan Arm segera menarik tangannya segera saat terdengar batuk Tankhun yang seperti orang terkena tuberkulosis.

"Apakah pipi Khun Pete masih sakit?" tanya Arm saat ia mengalihkan perhatiannya pada mangkuk keramik di depannya. Memasukkan penghitam rambut dengan merek terbaik yang pernah bisa kau temukan di negeri ini.

"Tentu saja sakit, apalagi bengkaknya." Walau sekarang sudah agak kurang sakitnya, tetapi Pete masih ingat jelas bagaimana rasa sakitnya.

Kalau saja dia tidak ditahan oleh bodyguard Tawan, dia pasti tak akan kalah dari Si Tawan Tawan itu!

Tankhun yang setelah batuk-batuk sebelumnya kini kembali fokus pada ponselnya. Lebih aneh dari segalanya ... Di saat rekan-rekan kepolisian yang lain sedang sibuk, Tankhun masih ongkang-ongkang kaki di sini.

"Padahal rambutmu sudah bagus, Pete. Kenapa di cat hitam lagi? Apa Vegas yang menyuruhmu mengubahnya?" Komentar Tankhun yang selalu tak pernah jauh dari mencemooh Vegas.

Pete menggelengkan kepalanya karena menurutnya dibanding menyuruh, Vegas lebih tidak perduli apapun yang Pete pakai. Mungkin sekali-kali Pete harus meluruskan rambutnya seperti karakter animasi, dan ujung-ujungnya tajam seperti ujung durian. Supaya lebih keren saja. Apalagi kalau sampai mengenai bagian depan wajahnya.

Tankhun mendadak menepuk tangannya bangga. "Bagaimana jika Pete mengecat rambutnya jadi sepertiku?" tunjuk Tankhun pada rambut merahnya.

Yang langsung dibalas oleh gelengan dari Arm. Dia harus melindungi Pete dari keinginan unik Tankhun. Tentu saja setelah sempat berdebat dengan Tankhun, Pete akhirnya diwarnai seperti warna rambut awalnya.

The Antagonist | VegasPeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang