Chapter 30: Penangkapan

4.3K 597 214
                                    

"Tak ku sangka Khun Pete masih mengingatku. Kita bertemu di peresmian hotel kemarin," ucap Tawan seolah dirinya dan Pete sangat akrab.

Porsche berdiri di depan Pete untuk melindungi tuannya. Hanya berharap jika mereka sempat keluar, karena Pol menunggu mereka di luar dengan mobil. Meski begitu, Tawan memerintahkan beberapa anak buahnya untuk menahan Porsche.

"Anda memiliki urusan dengan saya. Lepaskan Porsche," ucap Pete yang memberi tatapan tajam pada Tawan.

Jumlah anak buah Tawan jelas lebih banyak dari pada mereka berdua. Ia harus berhati-hati dengan Tawan ini. Apalagi orang ini menargetkan Pete dalam dua penyerangan sebelumnya. Setidaknya Pete harus tahu alasan Tawan menargetkan Pete, padahal kenal dekat saja tidak.

"Mana yang satu lagi?" tanya Tawan saat ia menatap remeh pada Porsche. Tentu saja ia bertanya tentang Pol yang tidak ada bersama PorschePete.

Sehingga Porsche menjawab dengan cepat. "Tidak tahu. Mungkin yang satu lagi muak melihat wajahmu."

"Aku menyukaimu. Kau sangat lucu," ucap Tawan saat memerintahkan anak buahnya untuk menahan Porsche yang siap mencakarnya.

"Hey! Aii satt ..." Teriak Porsche saat Tawan mendekat pada Pete yang masih diam, tangan pria itu terulur untuk mengusap pipi Pete yang berisi. Sedangkan ia sedang ditahan oleh dua orang bodyguard Tawan sialan ini.

Tatapan Tawan terlihat sangat ramah, tetapi perlahan jemari Tawan menekuk untuk menggoreskan kukunya di pipi Pete. Walau tidak menimbulkan luka. Hanya sebatas garis tipis yang dibuat dengan kuku Tawan.

"Aku memiliki beberapa hal yang bisa kita bicarakan," ucap Tawan yang merangkul bahu Pete.

Pete hanya diam saja karena jika dirinya memberontak, pasti orang-orang ini akan menyakitinya dan Porsche. Pete melirik Porsche yang juga digiring menuju lorong. Sepertinya mereka di bawa ke ruangan lain, yang terlihat agak mewah.

Pete dipaksa duduk di sofa empuk berwarna cokelat. Sedangkan Tawan dengan sangat sintingnya bertindak seolah ini situasi yang sangat akrab. Ia menuangkan segelas wine untuk Pete, dan menawarkan pete yang masih menatapnya tajam.

"Kau tidak ingin minum dulu?" tanya Tawan yang menegak wine di dalam gelasnya.

Namun saat melihat Pete masih diam, Tawan hanya membenturkan pinggir gelasnya ke gelas yang dituangkan di depan Pete.

"Cheers," ucap Tawan yang membuat Pete semakin muak.

"Kenapa kau ingin menculikku?" tanya Pete langsung pada intinya.

Membuat Tawan tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "Ssttt ... Kenapa bicaramu buruk sekali? Pete, aku hanya ingin bertemu denganmu."

Bertemu dengannya?

Pete tak ingat jika dirinya memiliki pertemanan dengan orang ini. Bahkan mengenalnya saja tidak, jika Pete tidak dibawa Vegas pergi ke peresmian.

"Aku hanya ingin melihat orang yang dipilih Vegas sebagai Permaisuri," ujar Tawan sambil memutarkan jarinya di bibir gelas.

Jangan bilang jika Tawan ini salah satu teman tidur Vegas? Ya ampun sialan sekali!

"Tapi aku tidak menyangka jika orang yang dia pilih ini sebenarnya untuk dimanfaatkan," jelas Tawan dengan bibir tersungging puas.

Porsche menatap Tawan dengan kesal. "Kau ... Aku tak kenal kau siapa, tapi jangan berkata sembarangan. Memangnya apa yang bisa dimanfaatkan dari Pete?" tanya Porsche yang sama sekali tak berniat meninggikan Pete. Membuat Pete agak sebal, tetapi ia menyukai bagaimana Porsche yang selalu jujur dengan apa yang ingin diucapkannya.

The Antagonist | VegasPeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang