***
Vegas tak tahu bagaimana mimpinya berawal, tapi itu jelas bukan mimpi yang buruk.
Hanya saja .... Itu sedikit aneh dan menyedihkan? Mungkin.
Yang ia tahu dirinya berada di sebuah tempat yang sebenarnya terasa familiar. Hanya seperti perpustakaan yang biasanya, dan ia berdiri dengan buku di tangannya. Lalu, dengan seorang pria kecil berseragam di sampingnya ... Sejak tadi entah bagaimana awal kejadiannya, tapi pria kecil ini mengoceh di sampingnya.
"... Katanya jiwa yang telah pergi mungkin sejatinya tak lenyap begitu saja. Ada dunia lain di sana, yang mungkin tak pernah kita sadari. Heh? Jadi maksudnya apa, Paman?" tanya pria kecil ini sambil ikut-ikutan membaca buku yang tengah pria tinggi itu baca. Ia berjinjit sambil memiringkan tubuhnya. Memaksa untuk membaca di buku yang sama dengan pria tinggi di sebelahnya.
Membuatnya terpaksa mendorong kepala berambut jamur itu pelan. "Aku tak tahu."
"Iya, saya juga tak tahu dan tak paham. Aneh-aneh sekali ya pikiran manusia zaman sekarang. Hidup di dunia ini saja susah dijalani, mau berpindah lagi ke dunia yang lebih unik. Kalau saya bisa, saya ingin pindah ke dunia yang ada naga terbangnya atau ada sapi yang bisa bicara, supaya enak, bukan?"ujar pria kecil itu sambil menyenderkan tubuhnya di rak buku. Bibirnya terus bicara tentang suatu hal yang sebenarnya tidak penting.
Namun entah mengapa ia terus mengamati sosok lain yang masih dengan seragam sekolahnya. Itu terlihat kotor seperti ada bekas sepatu yang menempel di sana, belum lagi dengan bekas pukulan di wajahnya. Pria itu mengerutkan keningnya saat melihat pipi tembam itu yang agak memar.
"Kau berkelahi?" Biasanya ia tak begitu perduli pada orang lain, tetapi sosok ini begitu menarik perhatiannya.
Sosok itu menarik senyumnya, dan ternyata ada lesung pipi yang dalam di sana. Baiklah. Tak buruk juga anak kecil ini. Penampilannya cukup cantik untuk seorang pria.
"Tentu saja. Jagoan harus seperti itu. Bahkan saya tidak kena pukulan balasan. Wah! Hebat," jawab anak ini seperti menjelaskan pola pikirnya. Anak kecil seperti ini memang agak menyebalkan. Tak ada manis-manisnya seperti air mineral.
Pria itu berpikir jika dirinya tak ingin berurusan dengan sosok merepotkan ini.
"Wajahmu memar, itu yang kau sebut tidak kena pukulan?" tanya pria itu yang tak mengerti mengapa ia terus bicara.
Biasanya ia tak suka bicara. Bahkan lebih tepatnya ia lebih suka menyendiri dan membaca buku di tempat sepi seperti ini. Sekedar mencari referensi serta tempat yang nyaman untuk mengumpulkan ide. Ia adalah seorang penulis yang sedang kehilangan inspirasinya.
Entah mengapa ia tak pernah menulis lagi akhir-akhir ini.
Si kecil itu mengusap pipinya dengan wajah agak terkejut. Sepertinya dia lupa tentang memar di wajahnya. "Ini hanya memar lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist | VegasPete
FantasiaDasar sampah! Bagaimana bisa novel ini menjadi begitu busuk? BRAK! Build Jakapan melempar novel berjudul "Keajaiban Cinta Rosella" ke dalam sampah. Ia menemukan jika novel tersebut sangat busuk, dan alurnya juga sangat busuk! Setelah usai menghina...