Chapter 37: Wild Omega

4.9K 633 157
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Arm terdiam beberapa saat ketika ia tahu siapa pasien yang ditangani oleh dokter Top. Tangannya sempat gemetar sebelum berdiri sebagai asisten di sebelah pria Beta yang terlihat memompa dada Pete dengan tangannya. Sebelum dokter Top memerintahkannya pelan, atau hanya segelintir cara agar mereka yang ada di dalam ruangan ini menjadi tenang semata.

"Pasien tidak bernapas," ujar seorang perawat yang mengawasi pendeteksi jantung.

Alat itu terus mengeluarkan suara yang nyaring seolah meraung kebingungan juga. Arm sebagai asisten membersihkan darah yang mengalir di dagu Pete. Mata omega itu terpejam dan kulitnya terlihat sangat pucat. Seolah jantungnya tak lagi bekerja untuk menjalankan darah di tubuh.

Arm menahan semua rasa sakitnya sendiri dan berdiri di atas keprofesionalannya sebagai seorang tenaga medis.

Rasanya baru kemarin aku mengingat omega ini terluka, dan sekarang ia terluka lagi.

Tapi takdir membawa omega ini untuk selalu berada dalam bahaya. Itu semua karena dia Calon Permaisuri dari negeri ini. Musuh-musuh Kaisar selalu menargetkan Pete. Arm merasa marah, tetapi dirinya juga tak pantas.

Jika yang dipilih Pete itu Arm, apakah ...

"Tingkatkan lagi," ucap dokter Top yang juga nyaris menyerah. Matanya terus menatap Elektrokardiogram yang menampilkan garis lurus.

Baru kali ini Arm tidak setuju tentang jalan yang lurus.

Tingkat tertinggi diberikan hingga tubuh. Top sekali lagi memberi Pete kejut jantung untuk pete yang enggan pergi dari ketidaksadaran. Sekali lagi tubuh cantik bersimbah darah itu melonjak tinggi karena kejut keras di tubuhnya.

Titttt .... Titt ...

Apa kau mengerti arti kehampaan?

Di saat yang menyakitkan kau telah nyaris kehilangan harapan.

***

"Vegas, brengsek!"

Teriakan itu tak membuat Vegas bergeming dari tempatnya. Pria itu masih menundukkan kepalanya, dengan kedua tangan yang bersatu di atas lutut. Bahkan ketika seorang pria pirang nyaris mencakarnya, ia masih tetap diam dan menatap keramik putih yang hampa.

"Khun, apa yang kau lakukan?" tahan Anakinn yang berdiri sejak tadi.

Di sisi lain masih ada Porsche yang menyadarkan tubuhnya di dinding. Berdiri bahkan di saat kakinya bergetar, dan terus memandang lampu merah agak oranye yang entah mengapa dengan sombongnya menyala. Mengapa waktu berjalan begitu lambat?

Tankhun nyaris melempar Vegas sekali lagi, tetapi para bodyguard sudah melindungi para Tuannya.

"Kau dijaga dengan benar ya, Sialan! Lalu, kenapa kau tidak menjaga Pete dengan benar?" ucap Tankhun dengan wajah penuh air mata.

The Antagonist | VegasPeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang