Chapter 22: Sebuah Dugaan

4.8K 634 163
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Pete ..."

Vegas yang baru mendengar berita tentang Pete segera menyusul untuk masuk ke dalam mobil. Sejauh yang Vegas dengar Pete diserang di hotel. Membuat pihak hotel terlihat pucat saat tahu keamanan mereka tidak begitu kuat.

Porsche keluar dari mobil setelah ia mengantar Pete untuk dibaringkan dalam mobil. Di saat itulah Vegas melihat bercak darah yang menempel di kemeja dan vest hitam yang dikenakan oleh Porsche.

"Kau terluka?" tanya Vegas dengan was-was. Hanya untuk tahu darah siapa yang menempel di kemeja Porsche.

Membuat Porsche menundukkan kepalanya. "Sepertinya Pete terhempas cukup keras hingga kepalanya berdarah."

Hey, bukannya baru saja omega ceria itu memakan kue cokelat dengan riang di aula?

Pria Alpha dengan aura yang sangat dominan itu masuk dengan cepat ke dalam mobil. Omeganya terlihat bersandar di kursi dengan kain yang menutupi kepala bagian belakangnya. Sengaja Pete tidak dibaringkan karena takut mengenai lukanya.

"Kita ke istana. Cepat." Perintah dari Vegas terdengar sangat dingin. Seolah semua orang tahu jika keadaan Pete sekarang membuat Vegas begitu marah.

Tapi prioritas utama ialah membawa Pete kembali ke istana agar dokter Kekaisaran mengobatinya. Dengan itu Pol mengambil alih kemudi, dan Porsche yang duduk di sebelah pengemudi.

Porsche menengok sekilas untuk melihat Vegas membawa Pete yang tidak sadarkan diri untuk bersandar di tubuhnya. Tanpa risih Vegas memeriksa tubuh Pete yang tampak pucat. Belum lagi dengan memar di tangan Pete, serta sepatu Pete yang hanya tersisa satu.

"Bagaimana bisa Pete diserang?" tanya Vegas langsung pada intinya.

Pol meneguk ludahnya agak berat. Bagaimana pun Kaisar memberi perintah padanya, tetapi apa yang terjadi pada Pete ini tak bisa Pol atasi. Bahkan Pete seperti diserang di ruangan yang dekat dengan mereka.

"Maafkan hamba, Yang Mulia."

"Aku tak menyuruhmu meminta maaf." Ucapan dingin itu membuat Porsche yang berbicara.

"Sepertinya Pete memang diikuti oleh penyerang sejak di dalam aula. Sehingga saat Khun Pete masuk ke rest room sendirian, penyerang bisa menyelinap masuk," jelas Porsche saat menunjukkan rekaman CCTV yang sempat ia rampas dari manager hotel.

"Di mana penyerangnya?"

Pol menarik napasnya agak dalam sebelum menjawab. "Bunuh diri, Yang Mulia."

Vegas tidak mengatakan apa-apa, tetapi  tatapan matanya sangat tajam. Suasana di mobil jadi seperti kuburan angker. Pol saja takut jika Vegas memutuskan menembak kepalanya dari belakang karena tidak bisa menjaga Pete.

SRET!

Perjalanan menuju ke istana tidak begitu lama karena jarak hotel yang cukup dekat dengan istana. Kini mereka memasuki kawasan istana, dan Pol bisa melihat Arm dan beberapa dokter lainnya sudah menunggu di depan gerbang. Ruang pengobatan juga sudah disiapkan.

The Antagonist | VegasPeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang