Sepulang dari rumah sakit Amara sering mengurung diri didalam kamarnya. Dirinya terus mengingat kejadian di kampus yang membuatnya keguguran.
"Semua dah hancur, gua bakalan dipandang cewek gak benar." ucap Amara terdiam didekat jendela
"Aaaargghhh..... Kenapa semua jadi kayak gini." teriak Amara melempar botol didekatnya ke cermin yang berada di kamarnya
Ricky mendengar suara teriakan dan juga kaca yang pecah. Dengan cepat Ricky berlari menuju kamar Amara.
"Amara, hey buka pintunya...." ucap Ricky mengetuk pintu kamar Amara
Amara tak menjawab ucapan Ricky, dirinya menangis disamping ranjang tidurnya. Keadaannya begitu buruk, Amara tak tahu lagi harus bagaimana.
"Gua udah capek...." ucap Amara melihat pecahan kaca didekatnya
"Amara buka pintunya." ucap Ricky mencoba mendobrak pintu kamar Amara
Ricky melihat Amara sedang memegang pecahan kaca dan akan melukai tubuhnya. Ricky mencegah Amara melakukan itu, dirinya menahan tangan Amara namun tanpa sengaja tangan Ricky terkena pecahan kaca karena Amara yang terus memberontak.
Amara melihat tangan Ricky yang mengeluarkan darah, keadaan Amara semakin kacau dirinya hanya bisa berteriak.
"Arrrggghhh ini semua salah gua..."
"Amara lihat aku! Tenangin diri kamu, oke. Tarik nafas pelan pelan." ucap Ricky memeluk tubuh Amara
"Hidup gua udah usai!"
"Gak! Hidup kamu belum usai. Kamu pasti bisa jalanin semuanya." ucap Ricky mengusap rambut Amara
"Gak ada lagi yang percaya sama gua Rik."
"Aku percaya kok sama kamu. Kita jalanin semuanya bersama ya, kita pasti bisa membongkar semuanya. "
"Aku udah kehilangan calon anakku, aku gak mau jika harus kehilangan kamu juga."
"Maafin sikap gua yang bodoh..."
"Iya gak apa apa sayang."
"Coba sini lihat tangan lo."
"Cuma luka kecil kok."
"Gua obatin luka lo."
Amara mengambil kotak P3K lalu mengobati luka Ricky. Perasaan lega dirasakan oleh Ricky melihat Amara yang sudah merasa tenang.
"Dengarin aku Amara, kamu gak usah dengar apa kata orang tentang kamu. "
"Iya Rik."
"Ya udah kita makan dulu ya, aku udah masak."
"Lo masak?"
"Iya dong, gini gini gua jago masak kali."
"Oh ya."
"Ya udah kita makan."
Fiki terdiam didalam kamarnya, sudah beberapa hari Fiki mengurung dirinya didalam kamar. Nadya merasa khawatir melihat saudara kembarnya.
"Fik, makan yuk. " ucap Nadya mengetuk pintu kamar Fiki
Fiki tak menjawab panggilan Nadya, dirinya terus melamun dibalkon kamarnya.
"Gua capek jika harus terus begini. Sebenarnya gua harus perjuangin dia atau malah harus relain dia. " ucap Fiki
Nadya menjadi semakin khawatir. Nadya mencoba mengetuk ngetuk pintu kamar Fiki.
"Nadya... Ada apa? "
"Ini ma, Fiki udah beberapa hari ngurung diri didalam kamar. Trus sekarang Nadya ajak makan gak ada jawaban apa apa. "

KAMU SEDANG MEMBACA
MINE 2
Fiksi RemajaSetelah putus dengan Zweitson, Nadya memulai kehidupannya tanpa bayang bayang masa lalu Zweitson. Awalnya Nadya bisa melakukan semuanya, namun ternyata takdir lagi lagi mempertemukan keduanya. Shandy terus berusaha mendekati Nadya karena baginya ha...