Alesya sudah tak lagi bisa tersenyum, sejak satu jam yang lalu senyumnya sudah luntur tergantikan dengan wajah cemberut. Saat ini Alesya tengah kesal, itu karena dia menerima hukuman yang tidak bisa di anggap kenakalan menurutnya.
Bola mata Alesya tergerak menatap sudut pandang matanya, menatap tajam seorang pria yang menjadi dalang utama dirinya seperti ini.
Gara-gara pria itu, Alesya harus berdiri di tengah lapang menjadi tontonan seluruh anggota MOS menahan panas dan pegal. Ya, Alesya di hukum untuk tetap berdiri selama acara pembukaan berlangsung. Alesya benar-benar tak habis pikir, padahal acara seharusnya berlangsung di dalam aula tetapi dengan kuasanya Cakra berhasil mengubah tempat acara pembukaan di tengah lapang outdoor.
Lain hal dengan dirinya yang harus berdiri di atas bangku, berbeda dengan semua anggota mos dan guru yang di sediakan tempat duduk. Jadi, sudah jelas Alesya menjadi pusat perhatian.
Karena posisi Alesya saat ini juga, hampir semua murid di depannya menatap kearahnya dan bukan kepada guru yang sedang pidato di dekatnya.
Untuk kesekian kali, Alesya menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya. Karena sudah tak tahan dengan panas yang dirasakan pada tubuhnya, dengan santai Alesya melepas satu kancing kemeja yang dia pakai sehingga menampilkan tanktop hitam di dalamnya. Sontak perlakuan Alesya membuat sorakan terdengar.
Cakra yang menyadari ada yang salah pun menoleh ke anak didik pribadinya, helaan napas kasar keluar dari mulutnya melihat apa yang terjadi.
Dengan langkah penuh perhitungan, Cakra berjalan menuju Alesya dan berdiri di hadapan gadis mungil itu hingga menutup pandangan semua murid. Meski Alesya berdiri dengan bangku, Cakra masih tetap menutupi tubuh Alesya karena postur tubuhnya yang tinggi.
"Kancing kamu, sopan sedikit." tegur Cakra menatap Alesya dengan tajam.
"Enggak mau, kecuali kalau Om biarin aku duduk."
"Sudah seharusnya seorang gadis menjaga tubuhnya sendiri dari tatapan liar seorang pria."
"Panas tahu, Om. Lagian sejak awal itu aku gak buat masalah apa-apa, masa aku di hukum kayak gini."
"Kancingkan sendiri atau saya yang lakukan."
Ucapan Cakra mampu membuat Alesya sedikit terkejut, tapi tak lama karena dengan santainya Alesya membusungkan dada yang tak seberapanya kepada Cakra menantang.
"Kalau gitu lakuin aja, pasti nanti Om juga yang bakal kena masalah karena udah berbuat gak senonoh pada muridnya."
Cakra memejamkan mata sesaat, gadis di depannya ini benar-benar.
"Kamu ingin duduk?" tanya Cakra yang langsung di balas anggukan cepat dari Alesya.
"Kancingkan baju kamu dulu, setelah itu kamu bisa duduk."
Mendengar itu Alesya tersenyum senang dan mengancingkan kemejanya, setelah itu dengan semangat Alesya loncat turun dari bangku dan hendak pergi sebelum langkahnya di hentikan oleh Cakra.
"Apalagi Om? Katanya aku udah boleh duduk." Alesya menatap lapangan bagian belakang yang terlihat segar karena terdapat pohon rindang di atasnya, jika dia duduk disana sudah di pastikan Alesya tak akan kepanasan seperti murid lainnya.
"Siapa bilang saya mengizinkan kamu duduk di sana?"
"Terus?"
"Duduk di sini."
Alesya menganga tak menyangka jika dirinya ternyata di tipu oleh Cakra, dengan tatapan yang sama Cakra dengan mudah menarik tubuh Alesya untuk duduk di bangku yang tadi dia pijaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...