Sedih banget harus berpisah sama cerita ini, i hope kalian suka akhir kisah Echa dan Cakra ini.
Happy Reading, sorry for typo.
***
Karena semua keluarga sedang berkumpul pasca resepsi Regan dan Allisha kemarin, semua anggota keluarga masih berada di kediaman Joe menunggu dengan perasaan cemas keadaan Alesya. Namun tak berselang lama, setelah Retta memberi kabar orang rumah tentang kabar kehamilan Alesya, semua orang turut merasa senang dan bahagia. Karena cucu pertama dari pasangan Joe dan Retta akan hadir.
Regan yang sudah hendak pergi ke rumah sakit setelah berganti pakaian pun urung, begitu mendengar jika adik kesayangannya itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Kamu sangat menyayangi adikmu, tapi jika kalian bersama, kalian selalu bertengkar. Aneh," ucap Allisha yang baru selesai membersihkan tubuhnya.
Regan terkekeh mendengar ucapan istrinya, hubungannya dengan Alesya memang tergolong unik.
Regan berjalan mendekati sang istri, melingkarkan tangannya memeluk tubuh mungil Allisha.
"Aku bahagia banget."
"kita semua bahagia, kita akan segera memiliki keponakan."
"Gimana kalau kita buat suasananya makin bahagia?" Regan memutar tubuh Allisha hingga keduanya saling berhadapan, masih dengan jarak yang tak putus.
"Caranya?"
Regan tak langsung menjawab, tangannya melingkar lebih erat, wajahnya mendekat dan memberi kecupan di permukaan kulit bawah telinga yang membuat sang pemilik tubuh meremang geli.
"Buat adik sepupu untuk anaknya Echa," bisik Regan, langsung menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Allisha.
"Dia saja belum lahir, Regan."
Regan memberi jarak sedikit untuk menatap wajah rupawan istrinya, di tatapnya wajah cantik jelita yang tak bosan-bosannya dia lihat itu. Setiap melihat wajah cantik Allisha, di setiap itu pula Regan merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia. Apalagi senyumannya, sinar bulan di luar saja kalah saing dengan senyuman istrinya.
"I love you, i love you, i love you," Regan terus mengucapkan ungkapan perasaannya itu, di iringi kecupan lembut di seluruh bagian wajah Allisha.
"Ana uhibbukka fillah, Zauji."
"Aku mencintaimu karena Allah, suamiku. Itu kan artinya?" Regan mesem-mesem menahan salah tingkah.
"Kalau itu aku ngerti, sayang. Nanti aku akan belajar bahasa kamu, seperti kamu yang berhasil belajar bahasaku."
"Gak perlu di paksakan, Zauji."
"Aku suka panggilan kamu, coba panggil lagi."
"Zauji."
Regan tak kuasa menahan tubuhnya untuk berdiri, tanpa melepaskan tangannya di tubuh Allisha, Regan duduk di pinggiran ranjang. Wajahnya sudah sangat memerah, bibirnya tak bisa berhenti tersenyum.
"Bahaya banget punya istri kayak kamu," ungkap Regan yang membuat Allisha mengernyit.
"Kenapa?" tanya Allisha dengan tatapan lugu dan polos.
"Meleyot akutuh..," Regan melempar tubuhnya ke tengah ranjang, menenggelamkan wajahnya dengan bantal yang dia tarik. Meraung-raung tak jelas karena luapan salah tingkah. Jika saja Alesya melihat, pasti gadis itu akan muntah dan bergidik ngeri.
Sementara Allisha tenggelam dengan rasa bingung, seingatnya kata meleyot tidak pernah ada dalam kamus besar bahasa Indonesia. Pikirannya bertanya-tanya, dari negara mana kata meleyot itu berasal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Roman d'amour"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...