Happy Reading!
Sorry for typo!!***
"Moma!"
Retta yang sedang meminum teh di ruang tengah pun tersedak saat suara melengking sang putri terdengar, tangannya memegang dadanya yang sedikit nyeri saat dirinya terbatuk.
"Echa, pulang itu harusnya kasih salam bukan teriak kayak tarzan." tegur Retta mencoba untuk bersabar.
"Moma, Echa tuh kesel."
Retta menghela napas panjang, sebelum dia pun memberikan ruang untuk sang anak bungsu untuk duduk di sampingnya.
"Kenapa lagi? Coba cerita."
"Moma tahu kan Papa itu bayarin guru buat awasin Echa." kening Retta mengerut sesaat.
"Maksud kamu Cakra?"
"Iya, itu Om Galak."
"Hush, panggil nama yang bener dong."
"Iya maksudnya Pak Cakra, dia udah buat Echa kesel Moma."
"Moma yakin, sebelum kamu di buat kesel pasti kamu duluan yang buat Cakra pusing. Kan?"
"Moma.."
"Iya-iya, Echa jelasin dulu semuanya."
Dengan penuh semangat dan mendalami, Alesya menceritakan semua yang terjadi. Di mulai saat pembukaan MOS sampai kejadian tadi, saat Alesya harus di buat pusing dengan hapalan bab satu sejarah.
"Ya ampun Cha, kamu itu anak siapa sih? Kelakuan kok barbar banget, nurun dari siapa sih?"
"Moma gak sadar diri ya?"
"Asal kamu tahu ya, Cha. Moma itu dulu anggun, bahkan sampe banyak yang jadi secret admirer Moma lho."
"Bohong.. Moma pembohong.."
Retta menatap Alesya dengan kesal, apalagi saat anaknya berbicara meniru nada patrick sahabat spongebob itu.
"Kamu gak percaya?"
"Enggak lah, jelas-jelas kata Oma gak gitu. Oma bilang, Moma itu begajulan. Jadi jelas kan, sifat aku ini nurun dari siapa?"
"Kapan Oma bilang gitu?"
"Setiap di telepon."
"Kamu lebih percaya ucapan Oma daripada Moma?"
"Iyalah, Papa aja lebih percaya omongan Bibi Rika daripada Moma."
Retta menatap Alesya dengan mulut terbuka, pandai sekali putrinya itu cakap hingga Retta tak mampu lagi membalas.
"Bulan ini Moma potong uang jajan kamu."
"Gak papa, Echa bisa minta uang ke Papa atau Abang."
"Moma bakal bilang ke mereka, buat gak kasih uang jajan."
"Echa bisa minta Nenek sama Kakek, wle!" Alesya menjulurkan lidahnya pada Retta.
Melihat itu Retta berdiri dan meraih kemoceng yang ada di bawah meja, melihat itu Alesya tahu lebih dulu apa yang akan di lakukan Retta, hingga Alesya bisa terbebas dari pukulan dan amukan sang ibu.
"Haha.. Gak kena! Dadah Moma!" pekik Alesya sembari berlari cepat menaiki tangga.
Di tempatnya Retta berdiri berkacak pinggang, napasnya masih memburu membuktikan jika dirinya masih menahan emosi.
Tiba-tiba, Retta merasakan sebuah tangan yang memijat pundaknya dan hal itu mampu membuat emosi Retta sedikit menghilang.
"Moma yang sabar yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Roman d'amour"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...