"Papa sudah memutuskan, Papa akan meminta seorang guru untuk mengawasi kamu di sekolah baru kamu. Papa sudah bekerja sama dengan pihak sekolah dan guru, jadi selama kamu bertingkah guru itu yang akan menghukum kamu, Papa meminta kepada guru itu untuk menghukum kamu tanpa memandang kamu adalah putri Wangsa.""Satu hal lagi, Papa sudah mendaftarkan kamu di sekolah yang sama dengan Regan."
"Pa! Kok di satuin lagi? Regan kan udah ga—"
"Tidak ada bantahan Regan, Papa mau kamu mengawasi adik kamu agar tidak kembali bertingkah."
Alesya terkikik geli melihat Regan yang sengsara hanya karena mereka di satukan dalam satu sekolah, terakhir mereka di satukan itu saat sekolah dasar tapi itu hanya berlangsung satu tahun karena Alesya di drop out saat kelas satu dengan alasan membuat guru wali kelasnya mengundurkan diri karena Alesya yang mempermalukannya.
"Yeay! Sama Abang lagi." pekik Alesya, tak mempedulikan hukuman lain yang Joe siapkan.
"Echa, kali ini Moma mohon untuk gak lagi berulah. Oke?"
"Oke Moma!"
Retta dan dua lelaki di ruangan itu hanya menggelengkan kepala dengan balasan Alesya, walaupun mereka tahu itu hanya berlaku sebentar saja karena sudah pasti putri kecilnya itu akan kembali berulah.
"Alesya, jika kamu berulah lagi seperti kemarin. Papa akan kirim kamu ke tempat Oma sama Opa, Papa akan biarkan kamu hidup di desa tanpa fasilitas apapun. Mengerti?"
Alesya sempat terdiam beberapa saat mendengarnya, itu hukuman yang paling berat menurutnya karena di tempat tinggal Oma Opanya adalah kawasan yang sulit dari apapun karena jauh dari perkotaan.
"Jangan dong Papa, Echa janji gak akan buat ulah."
"Gak percaya." celetuk Regan.
"Ihh serius, paling jahil dikit aja kok." Alesya menyatukan telunjuk dan jempolnya dengan mata uang menyipit.
"Terserah, yang pasti Moma gak mau lagi di telepon guru kamu karena bully orang lagi."
"Gak akan Moma."
"Yaudah, kamu naik sana. Besok kamu harus berangkat pagi kan."
Alesya mengangguk riang dan menarik tangan Regan yang lebih besar darinya, lalu sepasang adik kakak itu pergi meninggalkan ruang kerja sang ayah dan menaiki tangga menuju lantai tiga.
"Papa kapan sih panggil tukang buat benerin liftnya, capek tahu." keluh Alesya dengan tangan yang bergelayut manja di tangan sang kakak, keduanya masih menaiki tangga menuju lantai tiga.
"Udah di benerin kok."
"Lah? Yaudah, naik lift aja deh."
"Lift itu gak boleh di naikin kamu, atas perintah Papa sendiri."
"Ihh kok Papa jahat sih?"
"Siapa suruh kamu nakal."
Alesya hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal, kaki nya menyentak setiap anak tangga yang dia pijak sebagai pelampiasan kekesalannya kepada Papanya. Dalam hati dia bertanya, apa salahnya menjadi nakal?
Setibanya di lantai tiga dimana lantai itu hanya berisi kamar mereka dan ruangan pribadi yang khusus di buatkan untuk mereka, seperti Regan yang memiliki ruangan pribadi perpustakaan dan tempat gym dan Alesya yang memiliki ruangan berupa jacuzzi juga spa lalu satu ruangan besar berisi semua pakaian dan aksesorisnya. Selain itu ada balkon besar yang terdapat sebuah gazebo yang biasanya menjadi tempat santai saat senja.
"Abang!"
"Apa lagi? Masuk kamar sana, besok kan hari pertama kamu."
"Belum ngantuk Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...