Part 24

6.8K 251 20
                                    

Halo, maaf menunggu lama. Pikiran saya lagi mumet, sampe lupa up EOG. Maaf banget, dan makasih untuk kamu yang udah mengingatkan..

Happy Reading, sorry for typo.



***


Pening di kepala terasa saat Alesya terjaga dari tidurnya, matanya masih tertutup karena rasa sakit di kepalanya membuat tubuhnya sulit untuk di gerakkan.

Beberapa lama kemudian, Alesya membuka kelopak matanya dengan perlahan. Sesaat pandangannya masih berbayang, Alesya mengedipkan matanya beberapa kali hingga matanya bisa menatap atap ruangan berwarna putih.

Alesya mendesis kala merasakan hebatnya rasa sakit di kepala, rasanya sakit seperti di pukul batu.

"Echa."

Retta yang sejak awal duduk di sofa yang ada di samping ranjang pun bangkit saat mendengar erangan Alesya, dengan penuh rasa lega Retta menatap Alesya yang sedang menatapnya.

"Sakit.."

"Bentar, Moma panggil dokter dulu."

Retta menekan tombol yang ada di dekat ranjang agar para medis datang untuk memeriksan anaknya, lalu tangannya mengambil ponsel untuk menghubungi suaminya yang tengah berada di jalan untuk mengantarkan kedua orangtuanya pulang.

Tak lama dokter datang dan memeriksakan kondisi Alesya, seorang suster menyuntikan sesuatu ke dalam infus. Lalu, secara perlahan rasa sakit yang Alesya rasakan mulai mereda.

Alesya menatap dokter yang tengah berbicara dengan Retta, dia tak tahu apa yang mereka bicarakan. Lalu dokter dan perawat itu pun pergi meninggalkan ruangan, bersamaan dengan itu Regan datang bersama Cakra dengan satu kantung pelastik di tangannya.

"Masih sakit?"

"Enggak, Echa mau duduk."

Mendengar itu Regan bergegas membantu ranjang Alesya untuk sedikit terangkat.

Tangan Alesya terangkat menyentuh kepalanya dengan sangat perlahan, ternyata ada perban yang melingkar di kepalanya dan tak hanya kepala melainkan sikut dan kakinya pun ikut di perban.

Lalu tatapan Alesya beralih menatap Retta, tampaknya ibu dua anak itu tengah menahan kesal dengan tangan yang berada di pinggang.

"Moma marah ya sama kamu."

"Kamu itu.. Bisa gak sih sehari aja gak buat kita khawatir hah?"

"Moma jangan marah-marah, Echa pusing nih."

"Moma gak habis pikir sama kamu, kamu itu cewek dan udah gede, masa manjat pohon?"

"Moma amnesia ya? Moma kan dulu juga gitu." gumam Alesya yang masih dapat di dengar oleh Retta.

"Kamu ini—"

"Udah-udah, Moma makan aja biar Regan yang ngomong sama Echa." Regan mendorong bahu Retta untuk duduk di sofa, lalu memberikan makanan yang tadi dia beli.

Setelah itu Regan kembali berjalan menuju ranjang dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang, lalu tangannya bersidekap menatap Alesya dengan serius.

"Abang jangan marah-marah juga, Echa pusing nih."

"Kamu pusing karena perbuatan kamu sendiri."

"Abang.."

"Kan Abang juga pernah bilang, jangan manjat pohon, bahaya. Tapi kamu gak pernah dengerin Abang."

"Iya Maaf, udah ahh jangan di marahin terus."

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang