Part 21

6.5K 246 4
                                    

Happy Reading, sorry for typo.
Part ini berisi flashback ya.



***


"Kata Papa, Echa gak boleh main jauh-jauh."

"Gak papa Echa, kan ada Gigi sama Sasa."

"Tapi—"

"Udah, gak papa. Katanya Echa mau lihat patung kuda, jadi kita ajak Echa kesini."

Ketiga anak sekolah dasar kelas satu itu berjalan beriringan dengan seragan dan tas yang masih melekat di tubuh mereka, sebenarnya seharusnya mereka pulang lebih awal karena guru ada rapat tapi mereka malah pergi tanpa sepengetahuan orangtua mereka.

"Ehh kalian tahu gak, katanya gedung ini itu angker tahu."

"Gigi tau dari mana?"

"Iya, aku tahu dari Bibi di rumah."

"Sasa gak takut, Sasa gak takut sama setan."

"Gigi juga, kalau Echa gimana?"

"Echa.. Enggak kok, Echa juga gak takut."

"Echa pasti bohong, kita gak percaya."

"Enggak! Echa gak bohong!"

"Echa itu penakut."

"Enggak Gigi! Echa gak takut."

"Udah-udah, ayo cepet katanya mau lihat patung kuda."

"Sasa, Gigi nya jahat."

Alesya kecil memeluk lengan Safna kecil, melihat itu Anggie kecil tak mau kalah dan ikut memeluk tangan Safna dari sisi yang lain.

"Hei kalian!"

Ketiga anak gadis itu menoleh ke belakang, melihat seorang Ibu-Ibu yang tersenyum menatapnya.

"Mau kemana?"

"Kita mau lihat patung kuda."

"Patung kuda? Kalian gak tahu ya, patung kuda kan udah di hancurin sama warga."

"Yahh.. Padahal Echa belum pernah lihat patung kuda."

"Kalian sekolah dimana? Kelas berapa?"

"Kita sekolah di SD Mentari kelas satu, Tante."

"Jauh banget itu? Kalian kesini cuma buat lihat patung kuda?"

"Iya, Tante."

"Yaudah, gimana kalau kalian mampir dulu ke rumah Tante?"

"Kita pulang aja, Tante. Makasih." tolak Safna.

"Kalian pasti capek, nanti Tante kasih kalian minum sama makanan. Oh iya, Tante juga punya cokelat sama permen lho."

"Wahh cokelat, Gigi suka cokelat. Ayo Tante, ke rumah Tante."

"Gigi, Echa harus pulang sekarang."

"Bentar aja Echa, Gigi mau makan cokelat di rumah Tantenya. Sasa juga mau kan?"

"Iya Gi, Sasa juga mau."

"Yaudah, ayo kita ke rumah Tante."

Alesya kecil ikut melangkah pergi mengikuti wanita yang seusia dengan Ibunya itu, ada perasaan tak enak yang dia rasakan karena tak pulang ke rumah.

"Ini rumah Tante?" tanya Anggie.

"Kok jelek?" celetuk Alesya dengan polosnya.

"Iya, karena Tante tinggal sendiri jadi rumahnya jelek. Tante sering kesepian, makanya Tante ajak kalian ke rumah. Ayo masuk."

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang