Happy Reading, sorry for typo.
***
Setelah aksi hujan-hujanan hari itu, Cakra langsung memboyong sang istri ke rumah mereka di keesokan harinya. Selama di rumah, Alesya melakukan kegiatan seperti biasa. Terkadang di sela rutinitasnya yang membosankan, Alesya akan berbelanja dan menghabiskan uang yang tiada limitnya untuk black card.
Seperti saat ini, Alesya sedang berkeliling mall sendirian dengan kantung belanjaan di tangannya. Retta sedang sibuk mempersiapkan pesta ulangtahun restorannya, karena itu Retta tak bisa menemani Alesya berbelanja.
Saat ini Alesya sedang berada di salah satu toko, memilih berbagai lingerie yang paling seksi jika dia pakai. Ya, Alesya akui sekarang dia telah menjilat ludahnya sendiri. Dulu Alesya tak menyukai menggunakan lingerie, tapi sekarang berbeda, lingerie adalah pakaian wajibnya setiap malam.
"Jadi Mbak mau pilih yang mana?" tanya seorang pramuniaga.
"Semuanya, bungkus semua."
Alesya langsung menyodorkan kartu hitamnya, membuat pramuniaga yang hendak membuka suara kembali menutup mulutnya. Senyuman langsung terlukis di wajah pramuniaga itu, dia senang karena menemukan costumer sultan yang bisa membuatnya dapat bonus.
"Baik, Mbak. Mohon tunggu sebentar."
Alesya memilih untuk duduk di sofa yang tersedia, tangannya merogoh tasnya untuk mengambil ponsel setelah meletakkan kantung belanja di lantai. Waktu sudah menunjukkan jam makan siang, Alesya pun langsung mengirimkan pesan pada Cakra untuk datang dan makan siang bersama di mall.
Setelah memastikan suaminya akan datang, Alesya menyimpan kembali ponselnya pada tasnya. Tak lama pramuniaga yang tadi melayaninya datang dengan beberapa kantung belanja di tangannya, setelah melakukan pembayaran Alesya pun keluar dari store dengan tangan yang sudah penuh dengan kantung belanja. Sebenarnya bisa saja Alesya meminta bantuan pramuniaga untuk membawakan kantung belanjanya yang banyak, tapi Alesya tak mau barangnya di sentuh orang lain.
"Sayang!" pekikan Alesya membuat semua mata di orang sekitar menoleh, termasuk sosok yang dia panggil yaitu Cakra.
Cakra membulatkan matanya melihat banyaknya kantung belanja di tangan Alesya, mungkin jika di jumlahkan bisa lebih dari sepuluh dan tak main-main, setiap paper bag yang Alesya bawa juga memiliki logo yang terkenal.
"Kenapa banyak sekali?"
"Ambil dulu dong, Mas. Berat tahu."
Cakra langsung mengambil alih semua belanjaan Alesya ke tangannya, kedua tangannya langsung penuh dengan tali paper bag.
"Kamu mau buat Mas bangkrut ya?"
"Amit-amit, jangan sembarangan kalau ngomong lho."
"Kamu belanja sebanyak ini buat apa?"
"Mas, segini itu gak seberapa. Aku itu harus belanja banyak banget buat isi walk in closet yang baru jadi, masih kosong soalnya."
"Jangan boros, Alesya. Biasakan beli barang yang di butuhkan, bukan yang di inginkan."
"Tapi semua barang ini aku butuh, Mas."
Cakra menghela napas mendengar balasan Alesya, pandai membalas sekali memang. Itulah istrinya.
"Udah ah, yuk kita makan siang dulu."
Alesya merangkul mesra lengan berotot suaminya, memperlihatkan pada semua orang bahwa Cakra itu miliknya. Setibanya di restoran, Cakra memilih tempat yang ada di ujung tapi Alesya ingin mereka duduk di tengah restoran, hasilnya Alesya yang menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...