Happy Reading, sorry for typo
***
Alesya tetaplah Alesya, gadis dengan ego yang setinggi langit. Kenyataannya setelah memberi tamparan dan kata-kata kasar pada Cakra, Alesya masih belum puas.
Tidak, tamparan itu bukan untuk pelampiasan Alesya karena sakit hati. Tetapi tamparan dan kata-kata kasar itu di.lakukan karena Alesya malu, Alesya sungguh malu telah bersikap murahan pada Cakra sebelumnya.
Bahkan Alesya memberikan ciuman pertamanya pada Cakra, hal itu membuat Alesya frustasi dibuatnya.
Alesya malu karema Cakra dengan terang-terangan menolaknya, karena itu satu-satunya cara agar tak jauh dari ketinggian ego, Alesya melakukan itu.
Sungguh, Alesya tak memiliki harga diri lagi di hadapan Cakra.
Alhasil sisa masa liburan Alesya di habiskan dengan penyesalan dan rasa malu yang tiada tara, bahkan Alesya menolak ajakkan Regan yang mengajaknya liburan.
Tetapi meski begitu, Alesya tak tahu seperti apa perasaannya kali ini setelah menerima penolakkan dari Cakra. Bahkan saat Joe memberitahu hal yang mengejutkan pun, Alesya bingung dengan perasaannya sendiri.
"Mulai sekolah besok, Cakra tidak akan jadi guru kamu lagi."
"Hah?! Cakra mundur Pa?" bukan Alesya yang bersuara melainkan Retta, tampaknya informasi itu menjadi tamparan keras juga bagi Retta.
"Iya, pekerjaan yang dia punya lebih banyak dari sebelumnya. Bahkan bulan depan, Cakra akan tinggal di Singapura."
"Kok mendadak sih, Pa?" tanya Regan.
"Papa gak tahu."
Sepertinya Alesya tahu jawaban dari pertanyaan Regan, tentu Cakra melakukan itu karena perbuatan Alesya yang sudah menghina Cakra habis-habisan. Tapi Alesya memilih diam, membuka suara sama saja dengan bunuh diri.
"Kamu sih, karena kamu gak berubah jadi Cakra nyerah buat urus kamu."
"Ish, Moma. Kok salahin Echa sih, salahin aja tuh Om-Om yang gampang nyerah orangnya."
"Gak heran sih kalau Pak Cakra mundur." gumam Regan menatap adiknya.
"Papa gak usah bayar orang lagi buat jadi guru pribadi Echa, kan ada Abang. Lagian Echa janji, gak akan buat ulah lagi." mendengar itu membuat Regan berdesah kesal.
"Kasihan Abang kamu lho, dia itu udah kelas tiga."
"Moma, Echa janji gak akan buat ulah lagi. Echa gak akan buat orang masuk rumah sakit lagi, Echa bakal jadi anak baik."
"Coba kamu inget-inget, berapa kali kamu ngomong kayak gitu. Sangking banyaknya, Moma sampe lupa."
"Tapi sekarang Echa serius, Moma. Pa, Papa percaya kan sama Echa?" dengan mata berbinar, Alesya menatap kedua orangtuanya.
"Papa benar-benar akan memindahkan kamu ke tempat Oma sama Opa, jika itu sampai terjadi."
"Iya Papa, Echa janji gak akan buat ulah."
"Yasudah."
Joe beranjak dari sofanya bersama Retta, hari sudah semakin malam jadi keduanya memilih untuk segera pergi ke kamar untuk tidur.
"Echa boleh gak tidur sama Papa?" pertanyaan Alesya membuat sepasang suami istri itu menoleh ke belakang menatap sang putri yang menatapnya dengan wajah memelas.
"Gak boleh, kamu tidur sendiri aja." tanpa berpikir panjang Retta menjawab.
"Malam ini kan malam jum'at, Moma sama Papa mau mesra-mesraan dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...