Part 8

8.7K 294 1
                                    

Happy Reading!!
Sorry for typo!!


***



Pagi ini, Alesya tengah duduk sendirian di tengah kantin yang ramai. Berulang kali bibir manis Alesya menghela napas, dia cukup bosan duduk sendirian di antara keramaian yang ada.

Biasanya Alesya akan menghabiskan waktu bersama Regan, tetapi untuk hari ini Regan sedang mengikuti olimpiade di luar kota sehingga dirinya tak bisa mengusik kakaknya itu.

Alesya memakan bakso original nya dengan tak nafsu tapi tetap dia makan hingga habis, Retta selalu mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghabiskan makanan demi menghargai makanan.

Tiba-tiba kantin di buat gaduh dengan kehadiran gerombolan kakak kelas siswi, mereka melangkah masuk dengan angkuh agar semua orang melihat jika mereka itu senior di sekolah ini.

Brak!

Alesya memejamkan kedua matanya saat mangkuk bakso di depannya hampir saja tumpah karena gebrakan meja yang keras, lalu gadis mungil itu mendongak menatap dengan datar pada kumpulan kakak kelasnya yang mengelilingi mejanya.

"Oh jadi lo ceweknya Regan? Biasa aja ternyata, masih bocil."

Alesya melirik name tag di seragam kakak kelas yang lebih dominan di antara yang lain, di sana tertulis nama Sisca Septriasa. Alesya sudah bisa menebak, Sisca lah pimpinan dari kumpulan kakak kelas ini. Terlihat dari penampilannya yang lebih aneh dari yang lain, seragam ketat menampilkan dengan jelas lekuk dada dan bokong, wajah yang cukup cantik dengan make up tebal, rambut yang berwarna cokelat, sepatu yang tak sesuai dengan peraturan sekolah dan Alesya tebak Sisca adalah anak orang kaya melihat semua aksesoris yang di pakai adalah barang branded.

Alesya jadi merasa kesal, kenapa Cakra tak memberikan jubah tukang parkir juga kepada Sisca dan antek-anteknya, kenapa hanya padanya saja? Ini jelas tak adil.

Brak!

"Jawab gue anjing! Dasar bego!"

Alesya tersenyum samar, sudah lama sekali dia tidak terlibat perkelahian lagi. Satu bulan menjadi murid baru di sini, Alesya merasa bosan karena tak ada yang bisa dia lakukan. Terakhir kali, saat Alesya menendang bangku teman sekelas yang dia lupa namanya itu.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas, Alesya berdiri dari duduknya dan menatap Sisca dengan menantang meski Alesya harus sedikit mendongakan kepalanya karena postur tubuhnya lebih kecil.

Melihat itu, Sisca dan temannya tertawa.

"Dasar bocil! Lo itu gak cocok ada disini, mendingan lo balik lagi masuk TK."

"Lo yang mulai duluan ya, bukan gue." ucap Alesya yang membuat Sisca sedikit terheran sesaat.

Lalu tanpa di duga, kaki mungil Alesya menendang tulang kering Sisca hingga sang pemilik tubuh mengerang kesakitan. Melihat temannya di sakiti adik kelasnya, para antek Sisca mulai bergerak melawan.

Namun, tak semudah itu. Alesya yang bertubuh mungil, lebih gesit dari mereka. Alesya mengambil mangkuk kecil berisi sambal dan melempar ke wajah sebagian teman Sisca, dan jeritan terdengar mengisi kantin yang semakin gaduh.

Alesya menoleh ke belakang, dia tak tahu ternyata Sisca memiliki komplotan yang cukup banyak. Alesya menunduk saat ada sebuah tangan yang hendak memukulnya, lalu gadis itu pun mengambil kursi kantin dan melempar kursi itu hingga mengenai tiga orang sekaligus.

Kantin semakin gaduh, banyak murid yang menonton dan mengabadikan semuanya melalui ponsel, hanya itu yang mereka lakukan tanpa berniat membantu Alesya yang di serang oleh banyak orang.

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang