Happy Reading, sorry for typo.
***
"Kalian kakak adik ya?"
Pertanyaan Ardi mampu membuat kelas hening, semua penghuni kelas menunggu jawaban dari Alesya dan Regan. Namun, alih-alih menjawab Regan maupun Alesya memilih tak menghiraukan pertanyaan itu.
"Jangan lupa di makan, Abang harus ke ruang guru dulu." setelah mengatakan itu dengan santai Regan mengecup kening dan pipi Alesya, lalu pergi meninggalkan kelas.
"Cha." Alesya menoleh menatap Ardi yang memanggilnya.
"Yang tadi Abang lo kan?"
"Kepo." balas Alesya singkat yang mampu membuat Ardi mendengus kesal.
Alesya menarik kotak bekal yang Regan bawa dan menyimpannya di bawah meja, dia akan memakan bekal buatan sang Moma itu di istirahat kedua. Setelah itu, Alesya bersiap kembali untuk tidur.
Namun, baru saja memejamkan mata kelas di buat gaduh karena semua murid sudah kembali dari kantin dan memanfaatkan jam istirahat dengan mengobrol atau kegiatan bising yang lain. Alhasil, Alesya tak bisa kembali tidur.
Tak lama kemudian, bel masuk berdering dan datanglah Cakra dengan sebuah buku dan absen di tangannya. Saat ini pelajaran di kelas mereka adalah bimbingan konseling, maka dari itu Cakra yang menjadi gurunya.
Pelajaran di mulai, Cakra memulai kelas dengan memberi topik kepada muridnya agar mereka bisa sedikit santai terhadapnya. Tujuannya di kelas ini adalah untuk memberi bimbingan pada muridnya di luar pelajaran sekolah, dia harus memecahkan masalah para muridnya agar terhindar dari resiko buruk yang akan terjadi.
Seperti saat ini, Cakra tengah membahas kerjasama satu kelas ini dan baru dia sadari jika ada satu muridnya yang enggan bersosialisasi dengan teman sekelasnya. Murid itu adalah Alesya.
"Echa gak masuk grup chat kelas Pak, di kelas ini juga gak ada yang tahu nomornya Echa Pak." jelas Ardi menjelaskan semua masalahnya.
Cakra pun beralih menatap gadis yang duduk di sudut kelas, Alesya yang di tatap itu pun membalas tatapan Cakra dengan santai.
"Gloretha."
"Iya."
"Kenapa kamu tidak memberikan nomor ponsel kamu ke teman sekelas kamu?"
"Males Pak."
"Kamu harus bersosialisasi dengan teman sekelas kamu, karena saat ini kamu berada di sekolah umum dan menjadi salah satu murid di sekolah ini."
"Kalau saya masuk ke grup itu, kasihan mereka gak bisa gosipin saya lagi Pak."
"Maksud kamu?"
Alesya mengangkat bahunya acuh, Cakra pasti mengerti apa arti ucapannya. Jadi dia tak harus menjelaskan apa yang dia lihat dan dengar, selama ini dia cukup tahu tentang semuanya.
"Ehh anjir, itu yang di grup kok bisa tahu sih kalau si Echa itu pacarnya Kak Regan. Gak mungkin lah."
"Udah sstt.. Jangan ngomongin disini, ntar malem aja di grup chat. Ntar orangnya denger lagi."
"Haha.. Ada untungnya juga dia gak masuk grup, bisa di jadiin bahan gibah."
Itulah sekiranya yang sedikit Alesya dengar dari teman sekelasnya, itu pula alasan kenapa Alesya sangat malas berbaur dengan teman sekelasnya itu.
"Kalau begitu, berikan ponsel kamu."
Sekarang Cakra sudah berada di samping mejanya, mengulurkan tangannya untuk meminta ponsel Alesya. Tanpa keberatan, Alesya mengambil ponsel yang jarang dia mainkan itu dari tas nya dan memberikannya pada Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...