Part 14

6.4K 246 0
                                    

Sorry for typo, happy reading.

***

Motor tiba di depan gerbang rumah besar milik keluarga Wangsa, Alesya turun dari motor dan merapikan hijabnya yang berantakan lalu menatap Ardi yang tampak terkejut melihat pemandangan rumah besar di sampingnya dari balik gerbang.

"Kenapa?"

"Rumah lo.. Gede ya."

"Kenapa? Mau mampir?"

"Boleh emang?"

"Enggak, lo balik sana."

Ardi beralih menatap Alesya tak percaya, bisa-bisanya ada perempuan sejenis Alesya seperti ini.

"Lo gak ada niat buat jamu gue di rumah lo?"

"Enggak tuh."

"Boleh lah Cha, gue penasaran sama isi rumah lo."

"Papa gue galak, emang lo tahan?"

"Wahh kalau masalah itu mah sih gue angkat tangan, nanti deh gue bertamu ke rumah lo kalau udah jadi sultan kek bokap lo."

"Kenapa harus nunggu lo jadi sultan?"

"Ya biar gue gak malu lah mau lamar lo."

"Makan nih lamar." Alesya memukul kepala Ardi yang masih mengenakan helm sekuat tenaga hingga motor sedikit oleng.

"Tangan lo kecil tapi tenaga lo subhanallah banget ya, Ukhti." ucap Ardi.

"Udah, lo balik sana."

"Inget ya Cha, lo harus jaga hati buat nunggu gue. Setelah gue jadi sultan, kita ta'aruf ya ukhti." ucap Ardi yang entah bergurau atau tidak.

"Lo balik, gue udah kawin sama sugar daddy."

"Ucapan lo Cha, inget lho ucapan itu doa."

"Udah ahh sana pergi, gue mau masuk."

"Tsk! Iya-iya, ini gue balik. Bye!"

Alesya menatap punggung Ardi yang semakin menjauh, setelah itu Alesya pun masuk ke dalam pekarangan rumahnya setelah di bukakan pintu oleh satpam rumah.

"Bagus, pulang sekolah bukannya ke rumah malah keluyuran."

Langkah Alesya terhenti, kepalanya menoleh ke samping kiri dan menatap Retta yang tengah menyiram tanaman.

"Ihh Moma apaan sih?"

"Siapa cowok yang anterin kamu tuh?"

"Ardi."

"Pacar kamu?"

"Bukaann, temen sekelas."

"Orang mana? Anak siapa? Dari perusahaan mana? Punya jet pribadi? Berani-beraninya jemput anaknya sultan Papa Joe."

"Moma ihh!"

"Kalau dia anterin kamu lagi, suruh dia ketemu sama Papa."

"Momaa..!"

"Udah sana masuk, bersih-bersih."

Alesya menatap Retta kesal, lalu kakinya pun kembali melangkah memasuki rumah dengan hati yang dongkol. Di dalam rumah, Alesya berpapasan dengan Regan yang baru saja keluar dapur dengan keranjang buah di tangannya.

Tanpa kata, Alesya mengambil buah stoberi yang ada di keranjang dan pergi begitu saja meninggalkan Regan yang kebingungan dengan keterdiaman sang adik, karena biasanya rumah akan gaduh jika ada Alesya.

Tak ingin menghiraukannya, Regan pun mengangkat bahu dan membawa keranjang buah itu ke ruang tengah. Regan duduk di sofa, meletakan keranjang rotan itu di pangkuannya.

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang