Happy Reading, sorry for typo.
***
Lelah menangis, tanpa sadar Alesya tertidur hingga larut malam. Alesya terbangun saat melihat suasana kamar yang gelap, padahal seingatnya tadi matahari masih terik sebelum dia memejamkan mata. Itu artinya, Alesya sudah lama sekali tertidur.Melihat tirai yang tertutup, Alesya hendak menyalakan sakelar lampu tidur yang ada di samping kepala ranjang. Namun pergerakkan Alesya tertahan oleh sesuatu yang melilit tubuhnya, Alesya langsung membekap mulutnya sendiri menahan jeritannya.
Sekarang Alesya sadar, kenapa tirai kamarnya tertutup padahal tadi siang terbuka lebar dan siapa juga orang yang sedang memeluk tubuhnya ini?
Apa hotel bintang lima ini ada penyusup? Padahal seingatnya, Alesya sudah mengunci pintu kamarnya.
Lama terdiam untuk menormalkan detak jantungnya, Alesya memberanikan diri untuk menggerakkan kepalanya ke belakang, untuk melihat siapa sosok penjahat yang menyusup kamarnya.
"Kyaaa...!"
Sekuat tenaga Alesya menendang dan mendorong sosok tersebut hingga terjatuh dari ranjang, kini bukan lagi rasa takut yang Alesya rasakan melainkan marah yang kesal.
"Sshh.. Ini sakit tahu."
Ya, siapa lagi jika bukan Cakra. Alesya tak tahu kenapa Cakra bisa masuk ke dalam kamar hotelnya, padahal Alesya telah mengunci double pintunya.
Siapa yang tidak akan terkejut saat melihat sosok yang ingin di hindari tiba-tiba ada di belakang tubuhnya, di tambah sedari awal ternyata Cakra tidak tertidur, lelaki itu hanya diam memeluknya dari belakang dengan mata terbuka.
Alesya pun bergegas berdiri dan menyalakan lampu utama agar mereka tak terus gelap-gelapan, setelah itu sedikit pun Alesya tak menatap Cakra. Alesya memilih untuk duduk di single sofa yang ada di dalam kamar, dengan tangan bersidekap dan menatap gorden di sampingnya.
"Alesya."
Alesya tak menghiraukan panggilan namanya, bahkan saat Cakra berlutut di hadapannya dan hendak menyentuhnya pun Alesya langsung menepis.
"Mas minta maaf, Mas salah."
"Gak seharusnya Mas bentak dan marahin kamu di depan umum seperti tadi, Mas menyesal."
"Tolong maafkan, Mas."
Alesya masih tak bergeming, hal itu tak membuat Cakra menyerah. Tak menghiraukan penolakkan dari Alesya, Cakra membawa tubuh mungil istrinya itu ke dalam dekapannya.
"Mas minta maaf, sayang."
"Aku gak mau maafin kamu." itulah kata pertama yang Cakra dengar dari Alesya.
"Tidak apa, tapi tolong jangan pergi dari Mas."
"Kamu jahat, kamu buat aku malu di hadapan banyak orang."
Cakra meregangkan pelukkannya, dia dapat melihat mata Alesya yang memerah karena terlalu lama menangis. Dengan perlahan Cakra mengelus kelopak mata Alesya dengan ibu jarinya, lalu berpindah ke pipi hingga bibir.
Kini Alesya tak lagi melakukan penolakkan, matanya ikut terpejam merasakan sentuhan lembut dari elusan jemari yang tak terlalu kasar tapi tak juga lembut milik Cakra.
Alesya sedikit terkesiap saat merasakan sebuah benda lembut menempel pada bibirnya, Cakra menciumnya. Seketika Alesya melupakan kejadian menyakitkan tadi, dirinya di buat lupa karena sentuhan dari Cakra.
Tak hanya sebuah kecupan, Cakra tergiur untuk melakukan lumatan lembut yang membuat gairah keduanya meningkat.
Tangannya yang sejak awal berada pada tengkuk Alesya mulai turun ke pinggang, Cakra mengangkat pinggang Alesya dan memutar tubuh mereka hingga dirinya yang mengisi sofa dan Alesya yang berada di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...