Happy Reading, sorry for typo.
***
"Moma kira soal Umroh itu cuma bohongan, ternyata kalian beneran mau bulan madu disana?"
"Echa kira juga kayak gitu, ternyata si Om gak bercanda Moma." balas Alesya berbisik pada Retta.
"Baguslah, Moma berdoa semoga setelah pulang dari sana kamu bisa berubah jadi alim."
"Gak bisa, sifat ini udah melekat di diri Echa sebelum Echa lahir."
Retta mendengus mendengarnya, tangannya terangkat membenarkan hijab Alesya yang menampakan sedikit rambut anaknya itu.
Saat ini mereka tepatnya Alesya, Retta, Cakra, Joe dan Regan sedang berada di bandara. Retta, Joe dan Regan datang untuk mengantarkan kepergian Alesya dan Cakra.
"Cakra, ini pertama kalinya Echa pergi ke luar negeri tanpa kami. Jadi Moma minta tolong kamu ya, jaga Echa dengan ekstra. Maklum, petakilan soalnya dia."
"Iya, Moma."
"Inget lho Cha, ibadah yang bener disana. Jangan lupa juga, bikinin Moma cucu yang lucu-lucu."
"Orang lain mah minta air zam-zam atau kurma, Moma malah minta cucu." balas Alesya.
"Ya kan kamu umroh nya sambil bulan madu juga."
Terdengar pengumuman bahwa keberangkatan mereka sudah mulai dekat, Alesya dan Cakra pun pamit kepada anggota keluarganya sebelum melenggang pergi untuk check in.
Sebenarnya Alesya ingin menggunakan jet pribadi milik Cakra, tapi suaminya itu ingin berangkat bersama jamaah umroh lainnya, bahkan Cakra memesan travel kelas ekonomi.
"Kalau kita berangkat pake jet pribadi, kita gak perlu baris-barisan kayak gini." ucap Alesya pada Cakra.
"Sudahlah."
Setibanya di dalam badan pesawat, Alesya yang hendak duduk di pinggir jendela harus mengurungkan niat saat tahu jika kursi yang ada di samping Cakra di tempati oleh seorang perempuan. Karena seat yang mereka tempati berisi tiga kursi, karena itu Alesya mengalah dengan duduk di tengah.
Terasa cukup menyebalkan bagi Alesya saat mengetahui mayoritas penumpang pesawat adalah para lansia, yang membuat Alesya kesal itu karena mereka membuat pesawat menjadi bising dengan obrolan mereka.
"Pake ini."
Alesya menatap Cakra yang menyodorkan sebuah earpod, Alesya pun langsung mengambil dan memakai earpod itu pada kedua telinganya.
Setelah berada di atas awan selama berjam-jam, mereka tiba di bandara King Abdulaziz. Rombongan langsung di bawa ke hotel untuk istirahat dengan mobil hotel.
Setibanya di hotel, Alesya langsung melempar tubuhnya ke tengah ranjang yang sangat empuk. Tubuhnya pegal sekali karena duduk selama hampir sepuluh jam.
"Mandi dulu."
"Ntar aja, aku mau tidur."
"Tubuh kamu kotor."
"Mas, aku gak tidur sama sekali lho waktu perjalanan."
Kebiasaan Alesya yang selalu tidur di pesawat kali ini tidak bisa terjadi, karena wanita yang duduk di sampingnya itu mendengkur saat tidur membuat Alesya tak bisa tertidur walaupun telinganya tercocok earpod.
"Seenggaknya ganti baju, cuci tangan, cuci kaki dan gosok gigi dulu."
"Ish! Nyebelin banget sih!"
Alesya langsung bangun dan berjalan menuju kamar mandi dengan kaki yang di hentak, memberitahu pada Cakra jika Alesya sedang kesal. Hal itu hanya di respon gelengan kepala oleh Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Любовные романы"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...