Belum hari senin tapi udah update, semoga kalian suka.
Selamat membaca, sorry for typo.
***
Saat ini Alesya dan Cakra sedang berada di restoran hotel menikmati sarapan berdua, tapi sejak pagi Cakra sudah di buat bingung dengan Alesya yang tak menghiraukannya. Alesya tak mengajaknya bicara, Alesya tak membalas saat Cakra bertanya dan Alesya tak mau menatapnya.
Padahal Cakra kira, setelah kegiatan mereka semalam, Alesya akan bersikap seperti biasa tapi ternyata tidak.
"Kamu kenapa?"
Alesya masih tetap diam, memakan nasi goreng dengan tenang tanpa berniat menatap ke depan.
"Mas pikir kamu sudah memberi maaf."
"Kamu mau apa? Mas akan berikan apapun keinginan kamu asal kamu memaafkan Mas."
Jujur saja Alesya cukup tergiur, tapi Alesya masih berada di pendiriannya dengan keterdiamannya. Harga dirinya itu sudah terluka, tak ada barang apapun yang bisa menyembuhkan harga dirinya.
"Kamu mau pulau?"
Oke, sepertinya Alesya harus tarik perkataannya yang mengatakan tak ada barang yang bisa menyembuhkan harga dirinya.
"Helikopter?"
Oh tidak, Alesya tidak bisa untuk tetap diam saja mendengar tawaran fantastis yang Cakra sebutkan tadi.
"Oke, kalau kamu maksa aku pilih dua-duanya." ucap Alesya akhirnya dengan nada jutek.
Cakra terkekeh mendengarnya, ternyata cara ini untuk meluluhkan ego Alesya.
"Coba senyum."
"Gak mau."
"Yaudah kalau gak mau, pulau dan helikopter nya gak jadi."
"Ish! Yaudah! Terserah!"
Bukannya mengabulkan keinginan Cakra, Alesya malah beranjak dan pergi dari hadapan Cakra, meninggalkan makanannya yang masih tersisa di piringnya. Cakra pun ikut beranjak dan pergi mengikuti langkah Alesya dari belakang.
"Sarapan kamu belum habis." Cakra sudah sangat hapal porsi makan Alesya, meski sebelumnya Alesya sudah menghabiskan pancake dan bubur ayam, Alesya belum merasa kenyang.
Saat melihat langkah Alesya tertuju ke pintu lobi, Cakra langsung menahan tangan Alesya.
"Mau kemana?"
"Ya pulang lah, lepas."
"Barang kita masih ada di kamar."
"Gak peduli!"
"Kunci mobil Mas juga ada di atas, Alesya."
"Aku gak mau sama kamu, aku bisa naik taksi."
"Emang kamu bawa uang?" Alesya langsung terdiam, menyadari hal penting yang terlupakan.
"Kamu tunggu disini, saya ke atas sebentar untuk ambil barang. Oke."
Cakra memegang bahu Alesya untuk duduk di sofa yang ada di depan meja front desk, sebelum naik Cakra meminta salah satu front desk mengawasi istrinya dan segera menahan Alesya jika memang istrinya itu pergi.
Tetapi hal itu tidak terjadi, Alesya tetap duduk diam di tempatnya hingga Cakra kembali dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Ayo kita ke bawah." Cakra mengajak Alesya untuk menaiki lift menuju baseman.
"Gak mau."
Cakra menghela napas panjang mencoba untuk bersabar menghadapi sikap menyebalkan istrinya, lalu Cakra memanggil petugas valet untuk memarkirkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romance"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...