Happy Reading, sorry for typo.
***
Alesya senang karena Garda mau membelikannya banyak barang untuknya hari ini, sebagai balasan Alesya mengajak Garda untuk menikmati waktu bersama lagi di apartemen milik Garda.
Mereka menghabiskan waktu berdua dengan canda tawa, menikmati tayangan film di televisi dan memasak.
Saat ini keduanya sudah berada di dapur, rencananya mereka akan memasak bersama tapi kenyataannya Garda lah yang memasak. Terhitung, Alesya hanya membantu Garda mencuci sayuran saja.
"Heran, Tante Retta itu jago masak banget. Kok keahliannya itu gak sampe ke kamu ya?"
"Ish, udah banyak yang bilang gitu. Aku itu jagonya makan, bukan masak. Selain itu, aku miripnya sama Papa bukan Moma."
"Kalau dalam keahlian masak, aku lebih mirip sama Papa. Kalau Bang Regan, dia mirip sama Moma."
"Jadi Regan bisa masak?"
"Kalau di bandingin sama aku sih, dia jago."
"Kamu pernah coba belajar?"
"Waktu SMP pernah, tapi hampir bikin rumah kebakaran. Alhasil Papa gak ngizinin aku buat masuk dapur selama beberapa tahun."
"Ya ampun, kamu ini.."
"Kamu sendiri, kenapa bisa masak?"
"Selama kuliah sampai sekarang kan aku tinggal sendiri, nah selama itu juga aku belajar masak lewat tutorial."
"Lewat tutorial langsung bisa masak?"
"Ya enggak, sering gagal waktu awal-awal."
"Buat seukuran cowok, kamu hebat."
Garda menoleh dan tersenyum kepada Alesya, hal itu membuat Alesya dengan refleks memalingkan kepalanya. Entah kenapa melihat Garda sekarang menjadi sulit, apalagi saat lelaki itu tersenyum.
"Aku tunggu di sofa aja ya."
"Jangan, duduk di situ aja."
Alesya mangut-mangut tanpa protes, selama duduk Alesya hanya bisa menatap punggung kokoh Garda dari belakang. Tangan Alesya terangkat dan menyentuh dadanya, jantungnya saat ini sangat berisik.
Selama ini Alesya tak tahu perasaannya pada Garda dengan jelas, meski dulu dia pernah mengatakan kata putus dan berakhir tetap langgeng sampai lima tahun ini, Alesya masih sulit mengenali perasaannya pada Garda.
Jika membahas kenyamanan, sudah jelas Alesya nyaman jika bersama Garda. Lelaki itu selalu mengutamakan kenyamanan Alesya saat mereka bersama, hal itu membuat Alesya kadang melunjak.
Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar, sudah sewajarnya jika Alesya mencintai Garda. Karena cinta datang karena terbiasa.
Kalaupun benar Alesya sudah mencintai Garda, Alesya tak akan menyesal karenanya. Mungkin sedikit jika mengingat bagaimana sosok calon mertuanya.
"Hei! Ngelamunin apa sih?"
"Eh?"
"Aku ngomong sampe gak di denger, ngelamunin apa?"
"Kamu." cetus Alesya jujur.
"Mikirin apa emang?"
"Eh, emangnya tadi kamu ngomong apa?"
"Aku tanya kapan wisuda Regan."
"Oh, tiga hari lagi jadi lusa berangkat."
"Yah, padahal mau ikut tapi minggu ini jadwalku padat banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romansa"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...