Part 32

6.9K 245 7
                                    

Selamat membaca, sorry for typo.

***

5 tahun kemudian.

Retta berjalan keluar lift dengan kaki yang sedikit di hentak, langkahnya tiba di depan pintu bertuliskan nama putri bungsunya. Tanpa mengetuk pintu, Retta masuk ke dalam kamar.

Retta di buat pening saat langkahnya tiba di dalam, pemandangan di depan Retta membuatnya sakit mata. Kamar besar yang mewah itu tertutupi dengan sampah yang berserakan, belum lagi barang yang harusnya tersusun rapi malah berserak dimana saja. Entah apa yang di lakukan anak gadisnya ini semalam, kondisi kamarnya sama persis seperti korban bencana alam.

Tatapan Retta beralih menatap gulungan selimut yang isinya terdapat seseorang, manusia di dalam itulah yang menjadi alasan utama keadaan kamar ini.

"Astagfirullah, Echa.."

Retta memijat pangkal hidungnya, lalu langkahnya beralih memasuki kamar mandi dan kembali keluar dengan gayung berisi air di tangannya. Retta sudah tahu, anak gadisnya ini tak akan bisa bangun jika menggunakan cara yang halus. Jadi pilihan yang Retta ambil sekarang yaitu mengguyur wajah Alesya tanpa perasaan.

"Allahuakbar! Papa kamar Echa bocor!"

Benarkan, Alesya pasti langsung bangun. Retta meletakan gayung ke atas nakas dan bersidekap melipat tangan menatap anak gadisnya tajam.

"Moma.. Tega banget sih sama Echa."

"Siapa suruh kamu kebo."

"Ini masih pagi Moma."

"Ini udah jam sebelas, Echa."

"Ah masa sih? Masih pagi kok, kamar Echa aja masih gelap." dengan mata yang nasih sulit di buka, Alesya menatap ke sekitar kamar.

"Gelap karena kamu tutup gordennya."

Retta melangkah untuk membuka gorden, agar Alesya tahu sesiang apa sekarang ini. Bukannya melek, Alesya kembali menarik selimut untuk menutupi silau pada retinanya.

"Cha, anak temen Moma yang seumuran kamu itu udah mau skripsi bahkan ada yang wisuda. Sedangkan kamu? Kuliah aja enggak. Setiap saat rebahan terus, kerja juga enggak. Mau kamu apasih sebenarnya?"

"Moma, Echa itu lagi meresapi jadi pengangguran ala sultan."

"Mau sampai kapan kamu kayak gini terus? Kamu harus punya kegiatan, kalau gak mau kuliah ya cari kerja."

"Uang Echa kan banyak, ngapain susah-susah kerja."

"Oh, kalau gitu Moma bakal minta Papa buat gak kirim kamu uang lagi mulai sekarang."

"Echa bisa minta Nenek Kakek atau Oma Opa, mereka pasti gak akan tega biarin Echa kekurangan uang."

"Moma tinggal sita kartu ATM kamu, gampang."

"Tsk! Moma jangan ganggu Echa deh, Echa juga masih punya cita-cita kok."

"Apa?"

"Jadi istri sultan."

"Emangnya Garda udah lamar kamu?"

"Ah Moma jangan sebut nama dia dong, males Echa."

"Kalian kan belum putus, dia masih pacar kamu. Moma gak habis pikir sama Garda, kenapa dia masih mau sama cewek kayak kamu sih?"

"Echa anak Moma lho."

"Kalau Moma ada di posisi Mamanya Garda, Moma juga pasti gak akan terima kamu jadi mantu."

"Moma..!" rengek Alesya menyibak selimutnya.

"Benerin attitude kamu, udah Moma bilang ini ribuan kali. Uang itu gak akan bisa beli attitude, jika bukan dari kemauan kamu."

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang