Part 16

4.6K 187 0
                                    

Happy Reading, sorry for typo.




***





Alesya menatap Retta dengan marah secara terang-terangan, mood nya yang belum membaik semakin di buat hancur saat Retta datang ke sekolah hanya untuk mengundang teman sekelasnya ke acara yang akan berlangsung tiga hari ke depan.

Sebelumnya, setelah guru menutup pembelajaran terakhir tadi. Retta langsung menginterupsi dan berdiri di depan kelas untuk memberi undangan lisan pada teman sekelas anaknya, tak menghiraukan tatapan penuh kemarahan dari sang anak.

"Pokoknya kalian datang aja ya, gak usah bawa apa-apa. Kalau mau bawa kantung pelastik juga gak papa, buat bawa makanan." gurau Retta yang membuat seisi kelas tertawa.

"Bener ya Tante, kita semua bakal bawa kantung pelastik buat nyolong makanan di sana." balas Ardi.

"Oke, siapa takut?"

Setelah itu, kelas pun bubar hingga tersisa Retta dan Alesya yang masih duduk di bangkunya.

"Mukanya jelek banget sih, keturunan siapa kamu? Perasaan Moma sama Papa gak jelek deh."

"Jangan ajak Echa bercanda, Echa lagi marah ya sama Moma."

Retta geleng-geleng kepala, sepertinya hanya putrinya saja yang akan marah dengan terang-terangan seperti ini.

"Udah ah, ayo pulang."

Alesya memilih diam, masih duduk di bangkunya dengan tangan berlipat bersidekap tanpa mau menatap Retta yang ada di samping mejanya.

"Mau nginep di sini?"

"Echa mau pulang sendiri."

"Yaudah, kamu pulang sendiri aja karena supir yang antar kamu tadi harus antar Moma."

"Ihh kok gitu?! Moma kan punya supir sendiri!"

"Terserah Moma dong."

"Moma nyebelin! Echa aduin ke Papa!"

"Terserah, udah ayo pulang."

Retta mengambil alih tas Alesya yang ada di atas meja untuk dia bawa, lalu Retta menarik lengan Alesya untuk ikut bersamanya. Kini keduanya berjalan bersampingan, melewati koridor yang sudah mulai sepi.

"Ehh kamu ada eskul?"

"Gak ada."

"Kamu bolos ya?" tuduh Retta.

"Enggak Moma ih, pelatih karate nya lagi keluar kota jadi gak ada pertemuan."

"Ohh oke."

Setibanya di tempat parkir karena supir yang menjemput mereka menunggu di area parkir sekolah, langkah Alesya terhenti melihat pemandangan yang membuat amarahnya menggebu.

"Kenapa berhenti?" Retta menoleh ke belakang menatap putrinya yang tertinggal, lalu kepalanya tergerak untuk melihat apa yang menjadi objek penglihatan Alesya.

Senyum Retta terbit melihat Regan yang tengah berhadapan dengan seorang gadis, jarak antara dia dengan Regan memang cukup jauh sehingga Regan tak menyadari keberadaan mereka. Retta tak tahu siapa gadis itu tapi yang pasti Retta akui jika sosok yang membuat Regan tersenyum itu adalah gadis yang cantik, tanpa perlu di beri tahu pun hanya dengan melihat pancaran mata Regan saja Retta tahu jika anak sulungnya sedang fall in love.

"Ihh Abang... Udah di bilangin jangan deketin Kak Seila.." desis Alesya dengan tangan mengepal, dia tak suka dengan kedekatan mereka.

Alesya hendak pergi menemui Regan, namun baru tiga langkah Alesya merasakan kerah kemeja belakangnya di tarik membuat langkahnya terhenti.

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang