Part 46

5.2K 231 18
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

***

Beberapa minggu sudah berlalu, masa pengantin baru sudah mulai pudar sedikit demi sedikit meski begitu Alesya senang masa awal pernikahan berjalan lancar tanpa masalah yang berarti. Hanya soal perdebatan karena bedanya pendapat, atau protesnya Alesya karena minimnya waktu yang Cakra berikan padanya.

Ya, semakin hari Cakra semakin sibuk. Sering lembur dan sering dinas ke luar kota selama beberapa hari, hal itu tentu membuat sempat Alesya marah dan menuntut waktu Cakra tapi setelah mendengarkan pengertian dari sang Moma, akhirnya Alesya tak lagi menuntut dan berusaha mengerti.

Kegiatan Alesya pun tak banyak selama menjadi Ibu rumah tangga, hanya menyiapkan pakaian untuk suaminya, membantu para pelayan memasak, memanjakan diri di spa agar tubuhnya selalu kencang, singgah ke salon untuk mempercantik diri agar Cakra tak melirik wanita lain dan satu lagi yaitu menjadi partner malam suaminya. Hanya itu untuk saat ini, atau jika Cakra meminta, suaminya itu terkadang meminta untuk mengantarkan makan siang bila lelaki itu tak memiliki jadwal lunch meeting bersama klien. Seperti saat ini contohnya.

Dengan sebuah paper bag, Alesya memasuki kawasan lobby yang cukup ramai karena sudah masuk jam makan siang. Selama Alesya melangkah, banyak sapaan ramah dari para pegawai Cakra. Hal itu di karenakan mereka semua tahu siapa Alesya sekarang, karena semua karyawan Cakra di undang saat pernikahan. Jadi tak akan ada drama Alesya terusir karena resepsionis melarangnya masuk.

Sebelum naik ke ruangan suaminya, Alesya melangkahkan kakinya menuju sebuah cafe kecil yang ada di dekat cafetaria perusahaan. Di cafe ini terdapat berbagai jenis minuman dan kue, tapi semua karyawan harus membayar semua yang tertulis dalam menu jika ada yang mau karena hanya cafetaria saja fasilitas dari kantor.

Sebelumnya Alesya pernah membeli minuman dingin di cafe kantor Cakra, karena itu di hari yang panas ini Alesya akan membeli minuman dingin yang menyegarkan tubuhnya.

"Strawberry smoothies satu."

"Baik, Bu. Di mohon tunggu sebentar."

Selama menunggu, Alesya memilih untuk duduk di kursi setelah membayar lebih dulu pesanannya. Selama duduk dan memainkan ponselnya, samar-samar Alesya mendengar obrolan para karyawati yang ada di balik pilar tempat Alesya dudukki.

"Anjir, serius lo masih koleksi fotonya Pak Cakra? Gila lo, Pak Cakra kan udah merried."

"Ya gak papa kali, cuma gambar."

"Ngapain juga lo simpen foto laki orang, gila."

"Ya buat jadi bahan pelampiasan hasrat gue lah."

"Goblok lo emang, haha.."

"Serius deh, selama ini gue gak pernah tidur sama cowok yang badannya se-perfect Pak Cakra. Wajar dong kalau gue bayangin dia waktu gue lagi nganu?"

"Ketahuan istrinya, abis lo."

"Istrinya sih emang cantik, tapi soal body ya gue yang menang."

"Istigfar lo, biar tobat."

"Gila lo, dia non muslim anjir."

"Oh iya, gue lupa."

Suara tawa dari tiga wanita yang sedang berbincang membuat api kemarahan Alesya semakin menggelora, tanpa menghiraukan panggilan bartender yang memanggil namanya, Alesya berdiri dan berjalan memutari pilar untuk menemui tiga karyawati yang sudah membicarakan dirinya dan Cakra terutama orang yang bilang menjadikan Cakra sebagai bahan hasrat.

"Siapa jalang yang jadiin laki gue jadi bahan hasratnya hah?!"

Alesya menatap tajam tiga karyawati yang menatapnya pucat pasi, bentakan Alesya menjadi itensitas semua orang yang berada di cafetaria.

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang