Part 39

6K 277 11
                                    

Happy Reading, sorry for typo.


***

Jujur saja, Alesya sudah melupakan perasaan yang dia miliki untuk Cakra. Hal itu di dorong alasan karena Cakra yang menghilang, di tambah keberadaan Garda sebagai pacarnya yang berhasil membuat Alesya melupakan perasaan yang dia miliki.

Tapi sekarang, Alesya tak tahu. Apakah perasaannya akan kembali atau tidak, karena keadaan benar-benar berbalik sekarang. Cakra yang kembali, lalu Garda yang sudah berlabuh ke pelukan orang lain.

Jika dulu Cakra secara terang-terangan menolaknya, kini berbanding dengan Cakra yang terang-terangan memilikinya. Sampai sekarang Alesya bertanya-tanya, apa yang membuat Cakra bisa berbuat seperti ini?

Antara pembantu dan istri, Alesya belum mendapatkan pilihan akan mengambil apa.

Bisa saja Alesya mencari pekerjaan lain, tak mengambil salah satu yang Cakra tawarkan. Tapi Alesya sadar kemampuannya dan sikapnya, tak ada perusahaan yang mau menerimanya sebagai pegawai. Bahkan perusahaan Joe saja menolak dirinya sebagai pegawai, Joe juga meminta ke seluruh keluarganya untuk tidak menerima Alesya sebagai pekerjanya. Jadi intinya, hanya Cakra lah satu-satunya orang yang berbaik hati menawarkan pekerjaan.

"Jadi apa alasan kamu datang kesini? Sudah mendapatkan jawaban?"

Disinilah Alesya sekarang, di ruangan milik Cakra yang lima tahun lalu dia pernah singgahi. Tak ada yang berubah dengan furnitur ruangan milik Cakra ini, kecuali sang pemiliknya yang berubah.

"Aku datang kesini buat nanya sama Om."

"Tanya apa?" tanya Cakra tanpa melepas perhatiannya dari berkas di tangannya.

"Om cinta gak sama aku?"

Pertanyaan Alesya sontak membuat Cakra terkejut, kepalanya mendongak dan di lepasnya kacamata yang dia kenakan untuk menatap Alesya sepenuhnya.

"Kenapa kamu tiba-tiba tanya seperti itu?"

"Karena aku butuh kepastian, Om itu ajak aku nikah sama aku itu karena perasaan atau kebutuhan."

"Memangnya kenapa?"

"Kalau Om lamar aku karena kebutuhan, aku akan tolak. Karena aku juga mau jadi istri yang di cintai suaminya."

"Saya tidak menyangka kamu akan memiliki pemikiran seperti ini juga." balasan Cakra membuat Alesya melongo, padahal sejak awal Alesya datang kesini untuk keseriusan.

"Om, aku serius lho."

"Saya kira sifat kamu tidak berubah, tapi ternyata ada sebagian kecil pada kamu yang berubah."

"Maksud Om apasih?"

"Saya kira kamu akan menerima tawaran untuk jadi istri saya tanpa berpikir panjang, hanya karena black card kamu rela melakukan apa saja, ternyata saya salah."

"Jangan bilang Om kasih tawaran itu ke aku karena cuma mau tes seberapa kedewasaan aku?"

"Saya memang serius memberi tawaran itu."

"Kalau gitu aku tanya lagi ke Om, alasan Om lamar aku. Apa Om cinta sama aku?"

"Tolong Om, jangan tarik ulur terus perasaan aku kayak dulu. Aku bukan anak kecil lagi." ucap Alesya saat melihat Cakra tampak enggan menjawab.

Cakra berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan memutari meja, hingga Cakra berhadapan langsung dengan Alesya.

"Selama ini saya selalu menunggu, Alesya."

"Nunggu apa?"

"Menunggu saat saya pantas untuk kamu."

Alesya memilih diam, mendengarkan dengan jelas apa yang akan Cakra katakan padanya.

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang