Part 49

5K 219 4
                                    

Happy reading, sorry for typo.

***

"Dimana Alesya?"

Cakra tiba di rumah saat hari sudah gelap, hal yang ditanyakan pertama kali adalah istrinya karena sejak awal kepulangannya Cakra tak melihat batang hidung ataupun suara dari istrinya.

"Ibu ada di kamar, Pak. Tadi Ibu ngeluh perutnya sakit, setelah makan rujak."

"Kenapa bisa?"

"Kata Ibu karena hari pertama haid."

"Baik, saya ke atas ya Bi."

Cakra melangkah menaiki tangga, pikirannya berkecamuk mendengar bahwa istrinya sedang datang bulan. Padahal selama ini Cakra sudah berharap jika Alesya akan mengandung, mengingat Alesya tak pernah lagi haid selama pernikahan mereka.

Setibanya di kamar, Cakra melihat tubuh istrinya yang meringkuk di tengah ranjang dengan mata yang terpejam. Melihat kerutan di kening Alesya, sepertinya istrinya itu tengah menahan sakit.

"Alesya."

Alesya membuka mata dan menoleh menatap Cakra dengan wajah pucatnya, hal itu membuat Cakra terkejut.

"Kamu sakit."

"Perut aku sakit banget, Mas." keluh Alesya.

"Mau ke rumah sakit?"

"Gak usah, ini cuma sakit karena hari pertama datang bulan."

"Sakit banget?"

"Heem, biasanya gak sesakit ini deh."

Cakra ikut mengelus perut bawah Alesya berharap sedikit membantu mengurangi rasa sakitnya, tanpa sadar keduanya mulai bersikap biasa saja melupakan kejadian yang sebelumnya terjadi.

"Mas mandi dulu ya."

"Jangan lama-lama, aku mau dipeluk."

"Iya."

Cakra meninggalkan Alesya untuk membersihkan tubuhnya, tak harus menunggu lama Cakra sudah kembali dengan penampilannya yang segar.

"Peluk aku dari belakang, elus perutnya."

Cakra langsung memposisikan diri sesuai keinginan Alesya, memeluk tubuh mungil istrinya dari belakang dan mengelus perutnya dengan lembut.

"Kok sakitnya gak hilang-hilang ya?" Alesya mulai terisak karena sakit yang dia rasakan.

"Mau Mas panggilkan dokter?"

"Gak mau."

"Kamu udah makan?" Alesya menggelengkan kepala.

"Mungkin sakit karena kamu belum isi perut kamu dengan makanan, Mas hubungi Bibi dulu untuk antarkan makanan."

"Aku gak laper."

"Makin sakit nanti."

Cakra beranjak dari tidurnya untuk mengambil telepon kabel rumah, tapi pergerakkan Cakra terhenti melihat pahanya tampak basah dan celana training berwarna abunya berubah menjadi hitam pekat.

"Alesya, apa darah haid memang sebanyak ini?"

Alesya yang sudah kehabisan tenaga menoleh dan menatap paha Cakra, matanya sedikit terbuka melihat darahnya ada disana. Padahal Alesya sudah menggunakan pembalut malam yang ukurannya panjang, tapi kenapa bisa bocor?

"Mas.. Kok darahnya banyak?" Alesya menatap pahanya yang jauh lebih kotor dari Cakra.

"Kita ke rumah sakit sekarang, saya ganti celana dan bawakan kamu pakaian dulu."

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang