Part 12

5.2K 192 2
                                    

Happy Reading, sorry for typo.



***


"Abang!"

Regan yang tengah berbaring santai di sofa ruang tengah sembari memakan cemilan pun terlonjak kaget saat mendengar pekikan Alesya yang melengking, tak hanya itu Retta yang juga ada di sana pun mengusap dadanya kaget.

"Apasih Cha? Kamu buat kaget aja, kalau Moma jantungan gimana?"

"Abang.. Abang harus bantuin Echa, buat proposal." ucap Alesya tak menghiraukan perkataan Retta.

"Jangan teriak-teriak, Cha." tegur Regan.

"Echa tuh kesel Bang Egan."

"Kesel kenapa lagi?"

"Masa Echa harus kerjain tugas orang lain sih."

"Emang kamu di suruh apa?"

"Echa di suruh ngerjain kertas ini jadi proposal, Moma."

"Ya terus masalahnya dimana?" tanya Retta.

"Masalahnya Echa itu gak bisa bikin proposal, kan ada sekretaris jadi kenapa harus Echa yang buat sih."

"Emang kamu di hukum karena apa?" tanya Regan.

"Gak tahu, gak jelas. Padahal Echa udah selalu hadir gak pernah bolos, tapi masih aja di cari kekurangannya. Di bilang jadi beban lah, jadi pengacau lah, gak serius lah, pokoknya banyak lah."

"Kamu buat kekacauan apa lagi?"

"Ihh Abang, Echa gak buat kekacauan kok. Dari awal, Echa duduk diem gak buat keributan."

"Moma ngerti, pasti ketos tegur kamu karena kamu gak serius ikut eskul."

"Moma, kalau Echa gak serius pasti Echa udah bolos aja dari awal."

"Bukan itu, kamu itu masuk ke osis gak sungguh-sungguh bukan niat dari hati."

"Iya lah, kalau bukan karena Om Galak Echa gak akan pernah mau masuk eskul."

"Nah itu, makanya kamu di tegur terus di kasih hukuman juga. Makanya kamu harus serius, biar gak kena hukum."

"Ahh Moma gak seru.. Abang, pokoknya Abang harus buatin proposal itu."

"Lah kok Abang? Kamu yang di hukum kok Abang kamu yang ngerjain?" protes Retta.

"Momaa.. Echa kan gak bisa buat proposal."

"Ya udah, nanti malam kamu minta ajarin aja ke Cakra buat proposal."

"Gak mau!"

"Moma bener, kamu minta ajarin Pak Cakra aja."

Alesya mencak-mencak kesal, gadis bertubuh mungil itu pun pergi meninggalkan ruang tengah berjalan dengan kaki yang di hentak kuat menuju kamarnya. Dalam hatinya berteriak, kenapa semua orang berada di pihak Cakra?

Sebagai obat untuk menghilangkan emosinya, Alesya memilih untuk berendam air hangat agar tubuhnya yang lelah kembali rileks. Satu jam kemudian, Alesya sudah memakai dress rumahan sebatas paha tanpa lengan.

Kaki mungilnya bergerak turun ke antai dua, sebelumnya dia melihat mobil milik Joe memasukir pekarangan rumah lewat jendela kamar Alesya. Jadi, Alesya berniat untuk menemui sang Papa.

Alesya membuka pintu kamar orang tuanya namun kosong, tak ada keberadaan Joe maupun Retta di dalamnya. Alesya pun keluar dari kamar dan melangkahkan kaki menuju pintu yang ada di samping pintu kamar, ruangan ini adalah ruang kerja Joe di rumah.

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang