Part 34

6.4K 265 23
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

***

"Abang...!"

Alesya berlari kencang saat pandangannya menemukan keberadaan Regan di bandara, lalu Alesya melompat memeluk tubuh tegap Regan sampai lelaki itu melangkah mundur karena menahan bobot tubuh Alesya.

"Echa kangen..."

"Abang juga." balas Regan yang suaranya lebih berat dari lima tahun yang lalu, tak hanya suara melainkan tubuhnya pun berubah semakin besar. Sementara Echa, jangan di tanya lagi, Echa bahkan masih cocok mengenakan seragam smp.

Regan berusaha melepas lingkaran tangan dan kaki Alesya di tubuhnya karena dia juga ingin memeluk Retta juga, tapi sulit alhasil Regan masih membiarkan Alesya dan beralih memeluk juga mencium pipi Retta.

"Cha, kamu turun dulu dong. Moma mau peluk anak ganteng Moma juga."

"Gak mau, Echa mau kayak gini terus."

"Alesya."

Mendengar panggilan dari sang Papa, Alesya pun turun dengan setengah hati, membiarkan Regan memeluk Retta dan juga Joe. Setelah itu keluarga kecil itu melangkah pergi meninggalkan bandara, dengan Regan yang membawa satu koper di tangannya. Mereka hanya akan tinggal selama satu hari, jadi hanya membawa satu koper saja yang berisikan pakaian dan barang Retta, Joe dan Alesya.

Di dalam mobil Regan bertugas sebagai supir karena Joe tak memungkinkan untuk menyetir setelah berada di pesawat selama belasan jam, di kursi samping kemudi ada Joe sedangkan di bangku belakang ada Retta dan Alesya.

"Aduh, Echa pusing." keluh Alesya.

"Gimana gak pusing coba, selama di pesawat kamu tidur terus." balas Retta sembari menyodorkan air mineral botol untuk Alesya minum.

Ucapan Retta yang mengatakan Alesya akan naik pesawat kelas ekonomi memang hanyalah omong kosong untuk menakut-nakuti Alesya saja, pada kenyataannya Retta tak akan pernah bisa membiarkan anak bungsunya naik pesawat seorang diri.

"Sabar, bentar lagi sampe." ucap Regan.

Tak lama mobil milik Regan—yang di hadiahkan Joe sebagai hadiah karena lulus beasiswa— tiba di sebuah rumah sederhana bertema minimalis —rumah itu juga di hadiahkan Joe karena lulus beasiswa. Mereka pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah untuk segera beristirahat, sebelum itu Regan memberikan obat pada Alesya untuk menghilangkan sakit kepala.

Rumah ini memiliki dua kamar, karena itu Alesya memilih tidur di kamar Regan karena kamar lain akan di tempati orangtuanya.

Karena sudah tidur selama di pesawat, Alesya hanya merebahkan tubuhnya di ranjang empuk Regan tanpa berniat untuk tidur. Sedangkan Regan, lelaki itu masih sibuk di meja belajar yang Alesya tak tahu sedang apa.

"Abang, udah move on dari Seila?"

"Udah."

"Jadi kalau Abang ketemu sama Seila, Abang gak akan kabur lagi kan?"

"Enggak." Alesya menghela napas lega, karena tak akan terpisah lagi dari Regan.

"Abang udah dapat yang baru disini?"

"Gak ada, Dek."

"Kalau Abang belum punya calon, gimana Echa bisa nikah."

"Kamu mau nikah?"

"Iya lah, Abang kan tahu sekarang Echa gak dapat uang bulanan dari Papa."

"Cuma karena itu? Emangnya Garda udah lamar kamu?"

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang