Part 38

6.2K 313 22
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yg menjalankan 💜

Happy Reading, sorry for typo.

***

"Om beneran gak punya kerjaan buat aku?"

"Saya sudah bilang tadi."

"Masa aku harus jadi OG."

"Apa salahnya? Sama halalnya."

"Malu, Om."

"Gini aja deh, Om butuh asisten gak? Aku siap kok jadi asisten pribadi Om."

"Saya sudah punya."

"Tambah satu lagi masa gak bisa?"

"Gak bisa."

Alesya menghela napas panjang dan kembali meminum minuman yang tadi dia pesan, karena saat ini keduanya sudah berada di sebuah restoran untuk makan dengan Cakra yang mengajak. Hari mulai larut, karena penampilan mereka masih oke jadi tidak ada salahnya menikmati makan malam di sebuah restoran mewah.

"Tapi jika memang kamu butuh, ada satu posisi yang masih saya perlukan."

"Apaan tuh?"

"Istri."

"Hah?" Alesya merasa cengo selama beberapa saat, tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Jadi istri saya."

"Cih, dulu aja Om bilang gak bisa sama cewek yang masih bocil. Om kejedot dimana sampe bisa lupa ingatan?" Alesya berdecih.

"Dulu saya bilang begitu karena kamu memang masih belia."

"Jadi karena sekarang aku udah dewasa, Om mau jadi suami aku gitu?" Cakra hanya mengangkat bahunya acuh dan meminum air putihnya.

"Om kan punya Shane, ya Om ajak aja Shane buat nikah."

"Masa saya menikahi adik saya sendiri?"

"Adik? Jadi si Sen-Sen itu adiknya Om? Kok gak mirip sama sekali?"

"Adik angkat."

"Jadi orangtua Om angkat Shane jadi anak?"

"Saya dan Shane adalah anak angkat."

"Duh, pusing aku. Jadi kalian berdua itu di angkat anak sama orangtua kalian?"

"Iya."

"Terus orangtua Om sekarang dimana?"

"Saya hanya punya Ayah, dia sudah meninggal lima tahun lalu."

"Innalilahi.. Maaf Om."

"It's oke."

Alesya baru sadar jika dia tak tahu apa-apa tentang Cakra, lagipula dulu hubungan mereka tak lebih dari seorang guru dan murid jadi tak ada alasan Alesya mengetahui kehidupan Cakra.

"Jadi pilihan kamu apa?"

"Apanya?"

"Profesi yang kamu pilih, jadi OG atau istri?"

"Jujur aja nih, Om. Kalau aja bukan Om yang tawarin ini, udah pasti saya pilih istri."

"Memangnya saya kenapa?"

"Gak sadar diri."

"Saya serius, ada yang salah dengan pribadi saya?"

"Ya jelas banyak."

"Coba sebutkan, biar saya bisa intropeksi diri."

"Galak, kaku, nyebelin dan masih banyak lagi."

"Saya galak karena sikap kamu juga, lalu saya tidak sekaku itu seperti robot. Jika soal menyebalkan, bukannya kamu yang menyebalkan?"

Extraordinary Gloretha [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang