Happy reading, sorry for typo.
***
Masa ujian akan tiba, semua murid mulai giat belajar agar hasil belajar mereka selama satu semester ini berhasil dengan nilai memuaskan. Begitu pula dengan Alesya.
Biasanya, Alesya tak pernah tahan belajar lebih dari lima belas menit tapi beberapa hari ini gadis itu berhasil belajar hingga beberapa jam.
Hal itu tentu membuat keluarga kecil Joe senang, mereka tak pernah mengharapkan ini terjadi sebenarnya, mereka hanya ingin Alesya untuk berhenti berbuat ulah dan tak menyakiti orang kembali. Melihat perubahan Alesya, tentu membuat mereka bersyukur.
Alasan terbesar Alesya melakukan ini hanya satu, yaitu tantangan dari Cakra. Berulang kali Retta mengucapkan terima kasih pada Cakra karena telah membuat putrinya berubah yang lebih baik, keputusan Joe untuk meminta bantuan Cakra bukanlah keputusan yang buruk.
Cakra sendiri, dia merasa senang dengan keberhasilannya melihat perubahan Alesya yang cukup signifikan. Setiap hari dia selalu memperhatikan Alesya, entah itu melalui rekaman pengawas ataupun secara langsung. Cakra tahu, sulit bagi Alesya untuk menahan kebiasaannya yang sejak lama dia lakukan tapi Alesya sukses menahan diri dengan baik.
Soal sesi curhat tempo lalu, Cakra sebenarnya tetap bersikap seperti biasa dan tak pernah lagi menyinggung pembicaraan mereka. Hanya saja, Alesya yang kesulitan untuk bersikap biasa saja.
Gadis itu masih terus berusaha menghindar dari Cakra, meski akan ada waktu mereka di pertemukan secara tak sengaja maka Alesya akan berusaha untuk pergi dari hadapan gurunya itu.
Saat ini Alesya menghabiskan jam istirahatnya di kantin, duduk sendirian tanpa di temani siapapun membuat Alesya nyaman membaca buku pelajaran. Hanya dengan di temani es teh dingin dan cemilan gorengan, Alesya belajar dengan tekun.
Satu hal pula yang berubah, Alesya jarang merecoki Regan seperti dulu. Meski dia masih tak menyetujui hubungan Regan dengan Seila, setidaknya gadis itu tak lagi menjadi batu dalam hubungan mereka. Karena nyatanya, perkataan Regan di mobil saat itu bisa menjadi jaminan bagi Alesya.
Alesya kembali meminum es teh miliknya sebelum kembali fokus dengan apa yang dia baca, meski tak sebanyak Regan, Joe dan Retta masih mewarisi otak pintar padanya.
Ponsel di dalam sakunya bergetar, Alesya merogoh saku rok nya dan mengambil ponsel. Melihat nama Ardi yang menjadi nama si pemanggil, Alesya menekan volume bawah dan meletakkan ponsel itu ke atas meja.
Hari ini adalah hari bebas untuk Alesya, karena hari ini Ardi tak masuk sekolah karena sakit. Jadi tak ada lagi sosok menyebalkan Ardi yang mengikutinya layaknya buntut, meski sudah cukup dekat sebagai teman, Alesya tetap tak nyaman jika terus di recoki Ardi.
Alesya memakan cireng untuk menghabiskan gorengan terakhir, setelah itu dia meminum es teh nya hingga tandas. Jam istirahat akan segera berakhir, Alesya harus pergi ke toilet untuk buang air kecil.
Dengan buku yang ada di tangannya, Alesya pergi meninggalkan kantin. Sebelum pergi ke toilet, Alesya singgah lebih dulu ke kelas untuk menyimpan buku.
"Cha, lo mau kemana? Mau ke toilet ya? Mau gue anter?"
Alesya mendengar pertanyaan itu dari teman sekelasnya tapi tak dia hiraukan dan memilih untuk langsung pergi meninggalkan kelas, bahkan sampai saat ini Alesya tak hapal semua nama teman sekelasnya termasuk sosok tadi yang mengajaknya bicara.
Setibanya di toilet, Alesya langsung memasuki salah satu bilik untuk membuang hajat. Setelah itu dia keluar dan membasuh tangannya di wastafel, awalnya hanya ada Alesya seorang tapi tak lama kemudian dua orang siswi masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romansa"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...