Sorry for typo, to be continue.
***
Setelah kejadian saling tatap itu, Alesya merasakan sesuatu hal yang aneh pada dirinya. Alesya juga tak tahu kenapa hal ini bisa terjadi, yang pasti dia tak suka dengan perasaan aneh itu.
Ada beberapa hal aneh yang Alesya maksud, diantaranya saat dia yang tak bisa menatap lama bola mata milik Cakra, tubuhnya yang bergetar gugup saat berhadapan dengan Cakra, dan juga detak jantung yang menggila sehingga napasnya ikut tercekat.
Alesya pikir ini adalah pengaruh dari tatapan Cakra padanya, dia jadi bertanya apa arti yang ada di balik tatapan tajam milik Cakra hingga mampu membuat dirinya seperti ini.
Karena hal itu, beberapa hari ini Alesya selalu mencoba menghindar dari Cakra saat berada di sekolah dan jika saat di rumah Alesya akan selalu meminimalisir kontak mata dengan Cakra. Ya, Alesya memilih menghindar dan dia juga harus mencari alasan dari respon tubuhnya pada Cakra.
Satu cara agar tak terlibat dengan Cakra, yaitu dengan cara tak membuat keributan hal sekecil apapun. Itu yang Alesya lakukan belakangan ini, menjadi rajin.
Alesya yang biasanya bermalas-malasan, kini berubah menjadi Alesya yang rajin.
Seperti saat ini, Alesya sudah duduk di serambi mesjid sekolah untuk mengikuti pertemuan rohani islam yang dia ikuti. Di kepalanya sudah tertutupi hijab putih yang dia pakai saat mengikuti eskul rohis, ya eskul ini mewajibkan muridnya mengenakan kerudung tak seperti sekolah yang tak mewajibkan.
Karena mayoritas murid mereka beragama islam, di hari jum'at murid di haruskan memakai seragam muslim untuk hari jum'at. Kemeja putih panjang dengan motif batik di pinggiran dan rok panjang sekolah, meski para siswi tak di wajibkan memakai hijab namun ada pula murid yang mengenakan hijab.
Alesya fokus melihat ustadz alias guru pendidikan agama sekolah mengisi ceramah, meski telinganya sudah mulai tak fokus karena rasa kantuk yang tinggi.
Suasana hening karena tak ada lagi murid yang berdiam diri di sekolah setelah siswa melakukan kegiatan jum'atan dan siswi yang juga di haruskan mengikuti keputrian, hanya ada anggota eskul rohis yang berada di sekolah.
Udara yang asri karena sekeliling masjid sekolah di penuhi pohon segar, juga lantunan suara dari ustadz. Kedua hal itu mampu membuat Alesya semakin berat menahan kantuk.
"Echa." Alesya menjadi fokus saat ustadz memanggil namanya.
"Iya, Pak?"
"Mengantuk?" Alesya mengangguk pelan, meski matanya tak terpejam siapapun pasti akan tahu dirinya tengah menahan kantuk.
"Cuci muka dulu."
Alesya kembali mengangguk dan beranjak dari duduknya berjalan menuju tempat wudhu khusus wanita, setelah wajahnya kembali segar menyentuh air, Alesya kembali ke teras masjid. Namun, pergerakannya terhenti saat dia melihat sosok jangkung yang ada di wilayah tempat duduk siswa. Itu adalah Cakra.
Tatapan keduanya bertemu, Alesya kembali merasakan sesuatu di tubuhnya. Hal itu pun langsung membuat Alesya mengalihkan tatapannya lebih dulu dari Cakra, lalu duduk di tempatnya kembali.
Di sudut matanya, Alesya melihat Cakra yang ikut duduk bersama siswa anggota rohis. Tempat duduk perempuan dan lelaki memang terpisah, perempuan di sebelah kanan dan lelaki di sebelah kiri.
Setelah pukul dua siang, pertemuan pun selesai. Tak ingin membuang waktu, Alesya menjadi orang pertama yang beranjak dari duduknya dan pergi. Alesya berjalan menuju rak sepatu untuk mengambil sepatunya, lalu duduk di tangga mesjid untuk mengenakan sepatunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Gloretha [End]
Romansa"Emang kamu yakin bakal dapatin suami sultan?" "Yakin dong." "Kamu tahu gak? Garda itu punya banyak saudara, yang artinya Garda bukan pewaris utama perusahaan keluarganya. Jadi kemungkinan Garda gak akan kayak se-sultan Papa kamu, emangnya kamu ga...