Alyssa Milana Obelia, seorang gadis cantik berusia 18 tahun. Rambutnya panjang berwarna kecoklatan, kulitnya putih mulus dan bersih. Namun, tubuhnya begitu kurus dan berwarna pucat. Saat ini tubuh gadis itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sudah sekitar 2 bulan lamanya, gadis cantik itu tidak membuka matanya.
Ceklek
Suara pintu terbuka dan terdengar keras di ruangan sunyi itu. Ruangan yang hanya ditemani oleh suara detak jantung sang putri tidur. Terlihat seorang lelaki tampan berjalan mendekati ranjang, tampak di wajahnya raut muka yang terlihat bersalah dan putus asa. Tangannya menggenggam tangan gadis itu dengan lembut. Kemudian, ia duduk di sebelah ranjang dan mencium tangan gadis itu lama.
"Al.." Ucapnya dengan lirih. Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
"Kapan bangun? Lo ga berniat buat tidur terus kan? Lo ga takut kalo sewaktu-waktu Kak Daniel kesini?" Lelaki itu terus berbicara seakan gadis itu mendengarnya.
"Gue minta maaf, Al!! Plis.. bangun.. gue gabisa liat lo gini terus-" air mata berhasil keluar dari bola mata lelaki tampan itu.
Benedict Milano Obelia, lelaki tampan sekaligus kakak bungsu dari Alyssa Milana Obelia. Benedict atau yang biasa dipanggil Ben, lelaki itu menangis dalam diam. Kondisi sang adik yang tidak ada perubahan selama sebulan terakhir membuatnya frustasi.
Ben merasa bersalah karena ia telah gagal menjaga adik bungsunya. Padahal kedua kakaknya telah mempercayakan Alyssa kepadanya. Namun kecelakaan itu benar-benar diluar dugaan Ben. Hal itu membuatnya merasa terpukul dan merasa gagal jadi kakak yang baik bagi Alyssa. Sekelebat bayangan akan kejadian 10 tahun yang lalu kembali menghantui dirinya.
Ben mengusap air matanya dan menghirup napasnya dengan panjang. Matanya fokus menatap adik kesayangannya itu. "Al, beri gue kesempatan sekali lagi. Gue bakal bener-bener berubah. Gue bakal jagain lo dari siapapun diluar sana yang mau ngelukain lo. Bangun ya princess!!"
Tiba-tiba ponsel Ben bergetar, setelah ia menatap ponselnya sedikit lama. Wajahnya berubah sedikit tegang. Tak lama kemudian, ia mengecup kening Alyssa dan berpamitan padanya.
"Kakak keluar sebentar ya," ucapnya dengan lembut. Kemudian, ia beranjak keluar dari ruangan Alyssa.
***
From Steven
Gue di lobby rs. Keluar lo!
Mata Ben terus-menerus menatap ponselnya sambil berjalan cepat. Jantungnya berdegup dengan kencang. It's Time. Ben tau cepat atau lambat kondisi Alyssa akan sampai kepada kedua kakak mereka. Meskipun Ben telah menyiapkan hati dan mental untuk bertemu dengan kedua kakaknya itu. Tetap saja realitanya tidak berjalan seperti yang seharusnya. Ia takut. Ia sangat takut karena tau hal ini merupakan tanggung jawab nya.
"Kak!"
Tubuh lelaki yang terlihat menjulang tinggi diantara orang yang lain. Bahu yang cukup lebar ditambah parasnya yang begitu tampan. Lelaki itu berbalik ke arah sumber suara. Tidak ada senyuman di wajahnya, hanya tatapan tajam yang diyakini mampu membuat lawan tidak berkutik. Benar saja, Ben terdiam dan berjalan mendekatinya dengan hati-hati.
"A-apa kabar kak?" Ben cukup gugup karena orang yang di hadapannya ini tidak mengeluarkan satupun suara.
Tiba-tiba saja, sebuah pukulan melayang tepat di pipi kanan Ben. Ben terjatuh sambil meringis memegangi pipinya. Ia hanya menunduk dan menerima hukumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
RomanceAlyssa memiliki 3 kakak laki-laki yang sangat posesif. Masing-masing dari mereka memiliki cara untuk melindungi adik bungsunya. Mereka memiliki kisah yang rumit. Semuanya memiliki rahasia yang mereka simpan dan mereka bagikan kepada orang-orang yang...