|| P E R A S A A N ||

2.6K 168 12
                                    

Udara yang sejuk tidak membuat lingkungan disekitar menjadi sejuk, bukan sejuk yang didapatkan melainkan hawa panas yang secara tiba-tiba terjadi. Viola menyipitkan matanya seraya menatap tajam Daffa yang dibalas tidak kalah tajam oleh pria itu.

Dasar gadis ingusan! Batin Daffa kesal.

"Mau apa si nih om om kemari? Enek gue lihatnya!" cibir Viola

Casey menatap Daffa tidak enak karena perkataan Viola yang menurutnya keterlaluan, Casey memberi tatapan mengancam pada Viola, gadis itu berdecak kesal saat Casey terlihat membela Daffa. Daffa yang merasa terbela menatap Viola dengan remeh membuat mood gadis switer biru laut itu semakin buruk.

"Sekarang mau apa lagi? Lo udah selesai nganter sahabat gue kan? Pergi cepat!" ucap Biola seraya mengibaskan tangannya.

"Vio!"

Viola menatap menantang kearah Casey, "Apa apa!?"

Casey menghelan nafas panjang kemudian menatap Daffa, "Mas boleh pergi, makasih ya udah mau nganter aku,"

Daffa mengangguk dengan wajah datar, "Aku pergi," Casey langsung menyalami Daffa seperti biasa kemudian pria itu pergi untuk berkerja.

Viola yang melihat interaksi singkat mereka berdecak kagum, sebenarnya pula dia tidak berekspektasi tinggi seperti contoh Daffa mencium bagian wajah Casey, mengucapkan kata manis seperti semangat ataupun hal yang lain yang sering dilakukan oleh pasangan romantis.

"Mending lo sama Alfin daripada sama si om, Alfin aja nggak ada status sama lo, baiknya minta ampun, perhatian? Jangan ditanya, gue aja iri sama lo!" ucap Viola sengaja di keraskan agar Daffa bisa mendengarnya dan diberi hidayah.

Viola tersenyum puas saat melihat Daffa menghentikan langkahnya sebentar kemudian melangkah kembali dengan tangan yang terkepal.

"Gensi digedein!" gumam Viola yang masih dapat didengar oleh Casey.

"Udahlah, Vio! Jangan digituin terus, kasihan!" Casey menarik tangan Viola agar memasuki gedung kampus.

"Ya gimana lagi, gue enek sama laki lo, nggak pekaan kek Dora, sebel gue! Dia peka keburu lo minggat, gue ketawa paling keras pokoknya!" ucap Viola menggebu-gebu.

Casey menggeleng heran melihat tingkah laku Viola yang menurutnya aneh. Gadis itu mengambil ponselnya saat merasakan getaran, matanya membaca pesan yang baru terkirim.

"Siapa?" tanya Viola penasaran seraya mencoba mengintip ponsel Casey.

"Alfin, dia ngajak ketemuan."

Viola langsung antusias mendengarnya, gadis itu menatap penampilan Casey. "Oke, lo dah cantik! Sekarang lo temuin dia!"

"Apasih Vio! Gue belum ngomong iya, lagian gue males," ucap Casey memasukkan kembali ponselnya tanpa berniat membalasnya.

Viola mengambil ponselnya Casey membuat gadis itu menatap tidak terima kearah Viola, Viola tersenyum misterius setelah puas terhadap ponsel Casey.

"Gue udah jawab ajakan Alfin, sekarang lo temui dia! Kasihan dia, dia udah nunggu lo di taman belakang kampus,"

Casey menatap kesal kearah ponselnya kemudian kearah Viola yang tersenyum tanpa dosa, "Kenapa lo izinin si? Gue lagi males, Vio!"

"Males apaan si?"

"Males aja buat ketemu orang,"

"Aelah gitu doang, sekarang ayo pergi temui Alfin, juga waktu kampus baru mulai satu jam lagi!" ucap Viola membuat Casey mengendus kesal kemudian meninggalkan Viola.

"Mending lo sama Alfin lebih jelas daripada sama si om om kek anjing itu, nggak guna banget hidupnya, bisanya buat sahabat gue nangis aja!" gumam Viola dengan senyum manis.

Casey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang