|| P E D U L I ? ||

3.3K 197 6
                                    

"Coba aja aku Mbak Sasa pasti Mas Daffa akan bantu aku,"

"Diakan pinter, pasti ini mudah untuk dia. Kalau aku minta ajari pasti dia bakal langsung nolak,"

Casey kembali menegakkan tubuhnya kemudian mulai mengetik sesuatu sesuai apa yang dia fikiran dan sesekali mencari informasi dari internet. Gadis itu terlalu serius hingga tidak menyadari keberadaan Daffa yang sudah memasuki kamar.

Pria itu menatap Casey dengan pandangan bingung tapi Daffa juga tidak menegur dan menanyakan apa yang dilakukan oleh Casey.

Daffa mendekati Casey dan berdiri dibelakang gadis itu menatap sesuatu yang tengah dikerjakan oleh Casey. Daffa menggeleng pelan melihat kerja Casey yang sangat berantakan, penulisan yang sangat tidak rapi dan beberapa informasi yang kurang jelas untuk melengkapi tugas seperti itu.

"Masih banyak typo yang kamu lakukan dan untuk isi informasi kurang jelas, kamu bisa perjelas lagi dengan tulisanmu jangan terlalu banyak copy paste." ucap Daffa dengan pelan.

Casey tersentak kemudian menatap Daffa dengan wajah bodohnya, gadis itu tidak percaya jika Daffa menyapanya dan memulai pembicaraan. Casey memalingkan wajahnya menatap laptopnya dengan senyum lebar dan akhirnya gadis itu mengigit bibirnya saat merasakan jika dia sudah tidak waras karena tersenyum begitu lebar.

Daffa yang melihat dirinya dicuekin dan berakhir di punggungi hanya menggeleng pelan dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Makasih,"

Langkah kakinya berhenti saat mendengar ucapan tersebut, mengangguk tanpa menoleh dan melanjutkan kembali langkahnya.

Casey semakin bersemangat dalam mengerjakan tugas karena seperti mendapatkan suplemen semangat hanya karena suara Daffa. Dalam mengerjakan tugasnya Casey tersenyum tipis, gadis itu terlihat bahagia hanya dengan keberadaan Daffa saat ini.

"Aku seperti orang gila jika ini terus menerus terjadi!"

"Mengapa dampaknya akan sedahsyat ini!?"

Casey kembali tersenyum hingga Casey mengigit bibir bawahnya untuk menahan senyuman dan berakhir senyum itu kembali muncul.

"Aku nggak bisa fokus kalau gini caranya! Kenapa bayang bayang wajah Mas Daffa selalu ada difikirkan ku!?"

*
*
*

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi, Daffa dengan wajah lelah akhirnya keluar dari ruang kerjanya yang berada di rumahnya menuju kamar. Pria itu menutup kamarnya kemudian menatap sekeliling, tatapannya jatuh pada Casey yang terlihat tertidur dengan posisi masih duduk di meja belajarnya.

Entah mengapa langkahnya menuju Casey, Daffa menatap laptop Casey yang masih menyala, Daffa menghela nafas panjang saat melihat hasil kerja Casey yang sangat berantakan. Daffa menggendong Casey kemudian meletakkan pada kasur kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut karena cuaca yang cukup dingin.

Daffa sedikit menyayangkan di malam yang dingin seperti ini mengapa Casey hanya menggunakan celana pendek diatas lutut dan itu membuat diri- lupakan.

Daffa kembali menuju meja belajar Casey, pria itu membuat lembaran baru di laptop Casey. Daffa membaca materi apa saja yang sedang gadis itu buat, setelah paham Daffa mulai mengetik beberapa kata untuk menjadi sebuah paragraf.

Daffa terlihat serius dalam mengetik, pria itu sesekali tampak mengusap matanya karena rasa kantuk tapi dirinya menggeleng pelan.

"Akhirnya," Daffa meng-klik save kemudian meninggalkan halaman dan menutup laptop tersebut.

Daffa merebahkan tubuhnya disamping Casey yang sudah terlelap dengan tubuh miring posisi menghadap dirinya. Daffa menatap wajah cantik Casey, Daffa sadar jika Casey memiliki paras yang cantik bahkan lebih cantik dari Sasa.

Casey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang