Casey melepaskan tasnya pada sofa ruang tamu, tubuhnya sangat lelah akibat kuliah yang hampir memakan waktu seharian. Gadis itu meregangkan otot-otot tubuhnya, menghembuskan nafas lelah setelahnya.
"Mas Daffa udah pulang belum ya?"
Casey menatap sekeliling yang tampak sepi, gadis cantik itu menggeleng pelan. Casey melepaskan penjepit rambutnya, jujur Casey lelah dengan semua ini. Casey lelah jika harus terus menjadi Sasa yang kepribadiannya sangat berbeda dengannya, bisa dikatakan jika Sasa ujung kanan dan dirinya ujung kiri.
Casey kembali merebahkan tubuhnya untuk bersandar di sofa, matanya menatap kedepan dengan pandangan kosong.
Kapan Mas Daffa akan mencintaiku?
"Aku lelah jika harus terus menjadi seperti Mbak Sasa, tapi ini satu satunya cara agar Mas Daffa bisa mencintaiku,"
Casey tersenyum tipis, "Baiklah, ini tidak buruk juga, dengan ini aku bisa merubah kebiasaan jelekku!"
"Sebaiknya aku harus segera memasak, aku yakin sebentar lagi Mas Daffa akan segara pulang!"
*
*
*"Mas, boleh nggak besok malam aku main ke rumah temanku?"
Daffa menghentikan suapannya, pria itu mengangguk pelan setelah beberapa saat terdiam. Casey melempar senyuman kemudian kembali memakan makanannya.
"Berhenti bersikap seolah kamu adalah Sasa." Ucap Daffa tanpa menatap Casey.
Casey membeku mendengar ucapan Daffa, gadis itu meletakkan sendoknya. "Aku melakukan ini agar kamu menganggap aku ada."
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima keberadaan mu dan kamu harus ingat, kamu dan Sasa adalah dua orang yang sangat berbeda!" ucap Daffa menatap tajam Casey.
Casey kembali tersenyum seraya menatap dalam Daffa, "Aku tidak peduli! Aku disini ingin dianggap dan dicintai oleh kamu, Mas. Jika memang Mbak Sasa adalah hidup kamu, aku akan menjadi seperti Mbak Sasa hingga kamu menganggap aku ada."
"Kamu sangat keras kepala!"
Casey tertawa kecil mendengar ucapan ketus dari Daffa, "Aku memang keras kepala, aku akan terus memperjuangkan hak ku hingga aku lelah dan memilih untuk mengakhiri,"
Daffa menatap Casey dengan wajah heran, tapi sedetik kemudian pria itu mengangguk seraya tersenyum miring. "Aku menunggu dimana akhirnya kamu menyerah dan memintaku untuk menceraikan mu!"
Casey menatap punggung Daffa yang mulai menghilang, gadis itu menghembuskan nafas dengan lelah.
"Ya, aku akan mengakhiri semua ini tapi tidak untuk sekarang."
"Aku masih ingin memperjuangkan kebahagiaan ku bersama kamu, Mas." bisik Casey menatap kosong kearah depan.
Disisi lain Daffa mengendus kesal setelah berdebat dengan Casey, gadis itu memang sangat keras kepala. Padahal Daffa mengira jika beberapa hari setelah pernikahan mereka Casey akan meminta dia untuk menceraikan tetapi semua tidak sesuai ekspektasinya.
Bisa saja dirinya menceraikan Casey sekarang juga tetapi banyak hal yang harus dia relakan hanya demi terbebas dari gadis itu.
Termasuk segala yang dia miliki saat ini.
"Dasar gadis keras kepala!"
Daffa membuka ruang kerjaannya, ruang yang tampak sunyi. Pria itu melangkah menuju kursinya yang terletak disana, matanya menatap foto seseorang yang sangat dia rindukan.
Ya, benar. Itu foto Sasa.
Kata orang memang benar, cinta pertama sangat sulit untuk dilupakan. Sasa adalah cinta pertamanya, dirinya sangat mencintai Sasa bahkan sampai wanita itu sudah tidak bernafas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Casey [END]
Romance⚠️ ᴡᴀʀɴɪɴɢ ᴀʀᴇᴀ ᴛᴏxɪᴄ ʀᴇʟᴀᴛɪᴏɴꜱʜɪᴘ!! ⚠️ [Ini adalah aku bukan dia] "Istriku hanya Sasa dan kamu bukan istriku!" Hanya ingin dianggap seperti perempuan lainnya tetapi semua itu terasa sangat sulit untuk Casey Aurellia dapatkan, bukan rasa cinta yang...