|| AKU MENYERAH ||

4.7K 140 3
                                    

Happy reading:)

“Casey ..”

Casey dengan wajah datar menatap Dina yang baru saja masuki ruang inapnya, gadis itu tidak perlihatkan senyuman manis seperti biasanya, semua tampak sangat memuakkan.

“Ikhlaskan dia ya sayang .. mama tau kamu gadis yang kuat!” ucap Dina dengan lembut membuat Casey tersenyum singkat.

“Kenapa anak aku harus pergi?”

“Padahal aku sayang banget sama dia,” ucap Casey dengan tawa miris.

Dina tersenyum tulus seraya mengelus pipi Casey dengan lembut, “Ini ujian untuk kamu saja, kamu harus bisa ikhlaskan calon bayi kamu. Dia bisa menjadi bekal kamu nanti di akhirat.”

“Tapi kenapa anak aku nggak ajak aku per–”

“Stt! Jangan berbicara sembarang, Casey. Mama nggak suka,” ucap Dina dengan tajam membuat Casey menunduk.

“Mama yakin kamu kuat sayang, kamu nggak sendirian, disini ada nama yang akan terus support kamu. Jangan pernah ragu untuk cerita atau meminta apapun dari mana, karena kebahagiaan kamu itu penting.”

Kebahagiaan itu penting! Apakah selama pernikahan ini berjalan dirinya bahagia? Ya, dirinya bahagia walaupun hanya sesaat, kebahagiaan semu.

Casey mendongak kemudian menatap wajah Dina dengan intens, “Ma, kalau aku minta pisah sama Mas Daffa, mama ridho nggak?”

*
*
*

“Sayang,”

Daffa menatap sekeliling dengan wajah bingung, kemana istrinya? Mengapa seluruh ruangan inap sepi sekali.

Daffa dengan wajah panik keluar dari kamar inap milik Casey. Dengan tergesa-gesa pria itu berjalan menuju salah satu perawat yang tadi merawat Casey.

“Mbak lihat istri saya?”

Perawat itu membalikkan badannya kemudian berkata, “Istri anda sekarang berada di taman pak, beliau berkata tadi ingin mencari udara segar.”

“Sendirian?”

Perawat itu mengangguk pelan saat manik mata Daffa berubah tajam, “Sekarang beliau sendirian tapi tadi saya yang mengantar, beliau berkata ingin ditinggal saja,”

Daffa mengangguk kemudian berjalan menuju taman yang berada di rumah sakit. Mata Daffa melembut saat melihat punggung Casey yang sedang duduk di kursi roda. Daffa mendekat dengan langkah pelan kemudian sesampainya di dekat Casey, pria itu berdiri disamping Casey.

Casey melirik sekilas keberadaan Daffa kemudian gadis itu memilih bungkam.

“Kamu kenapa nggak ngabarin aku? Aku khawatir sama kamu, sayang.” ucap Daffa setelah berjongkok di depan Casey.

“Maaf,” ucapnya dengan tatapan kosong.

Daffa tersenyum tipis seraya mengelus punggung tangan Casey kemudian mengecupnya pelan. “Nggak papa, jangan diulangi ya?”

“Mas kamu capek nggak sih?” tanya Casey dengan senyum miris.

Daffa mengernyit kemudian menggeleng pelan, “Jangan dilanjut!”

Casey terkekeh pelan, “Aku capek loh, capek banget.”

“Rasanya, rasa capek yang aku alami udah sembilan puluh persen. Aku capek banget, aku lelah ...”

“Kapan ya aku bisa bahagia?”

Daffa semakin menggenggam erat tangan Casey, “Kita cari kebahagiaan bersama.”

Casey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang