|| B I A N G L A L A ||

1.8K 106 2
                                    

"Tapi izinkan aku egois untuk kali ini, ya? Aku ingin egois untuk menekan Mas untuk terus bersamaku, mendampingiku."

Daffa semakin menghindari tatapan sendu yang Casey berikan, batin Daffa mengumpat kasar mengapa Bianglala terasa sangat begitu lambat dan kenapa waktu penyewaan tidak kunjung usai juga.

"Aku nggak masalah kok kalau dihati kamu cuman ada Mbak Sasa, karena benar adanya cinta pertama sulit untuk dilupakan ... sama halnya dengan kamu, kamu adalah cinta pertama aku dan kamu sangat sulit untuk aku lupakan." Casey menghela nafas panjang kemudian mengulum bibirnya.

Casey menyandarkan punggungnya di dinding bianglala, "Kamu tau nggak Mas, masa Vio ngomong kalau kamu cemburu saat aku bersama Alfin," Daffa langsung menatap Casey dengan lekat membuat mata mereka saling bertemu dan seperti enggan untuk berpaling.

Casey mengangguk, "Iya, dia ngomong gitu. Kamu tau perasaan aku saat itu? Aku pasti senang bukan main, aku bahagia banget tapi sepersekian detik kemudian aku sadar ... bagaimana bisa kamu cemburu melihat kedekatan ku dengan Alfin dikala kamu mencintai wanita lain?"

"Nggak logis banget kan?"

Casey menyugarkan rambutnya kebelakang kemudian tersenyum kearah Daffa, "Tapi aku boleh berharap nggak si kalau kamu emang cemburu melihat kedekatan ku dengan Alfin?"

Iya, aku memang cemburu. batin Daffa

"Coba aja aku termasuk orang peka dengan keadaan pasti aku bakal tau dengan perasaan orang lain! Tapi sayangnya aku bodoh, aku nggak paham dengan semua itu!" ucap Casey mendesah kesal.

Daffa mengernyit entah mengapa alur yang dibahas oleh Casey seperti bercabang, gadis itu tidak membiarkan mereka keluar dari topik ini.

"Mas, kamu tahu dimana pertama kali aku langsung jatuh hati sama kamu?" Daffa menatap Casey dengan tatapan bertanya.

"Disaa-"

"Mbak Mas bisa turun," Casey dan Daffa spontan langsung melihat kearah seorang pria paruh baya dengan pakaian kerjanya.

Casey mengangguk dengan senyum tipis, keduanya mulai turun dari Bianglala tersebut dengan hati hati, pertama Daffa terlebih dahulu setelah itu Daffa mengulurkan tangannya pada Casey dengan senyum tipis gadis itu menerimanya.

"Terima kasih,"

*
*
*

Daffa sesekali melirik Casey yang tampak tenang dengan makanannya, gadis itu sesekali tertawa kecil saat melihat sesuatu yang begitu menarik di ponselnya. Daffa dengan wajah tertekuk itu menatap makanannya tanpa minat, selera makannya secara tiba tiba menghilang saat merasa dirinya di kacangi dan seseorang didepannya malah asik dengan dunianya sendiri.

Tapi Daffa diam diam memikirkan kelanjutan yang saat di bianglala Casey hentikan. Entah mengapa setelah mengucapkan semua itu, Casey tidak kembali membahas, gadis itu dengan girang berlari seraya menarik tangannya untuk memainkan sebuah permainan yang memperoleh hadiah.

"Mas?"

Daffa bergeming karena terlalu fokus dengan pikiran yang menguasai otaknya.

"Mas Daffa!"

Daffa tersentak saat mendengar bentakan kecil itu, "Iya?"

"Kenapa melamun?"

Daffa menggeleng pelan, "Udah fokus sama ponselnya?" sindir Daffa membuat Casey langsung meletakkan ponselnya.

Casey meringis, "Maaf,"

"Untuk apa?" Daffa mengernyit.

Casey menggeleng pelan seraya tersenyum tipis, "Nggak dimakan?"

Casey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang