|| C E M B U R U ||

3.1K 160 23
                                    

"Mas?"

"Mas Daffa," Casey berulang kali menepuk pipi Daffa yang terlihat basah akan air mata.

Casey bingung dengan mimpi apa yang Daffa impikan sampai seperti ini. Mungkin mimpi mengenai Sasa? Itu kemungkinan terbesar, pasti Daffa memimpikan sosok Sasa saat ini.

Wajah Daffa yang terlihat resah membuat Casey dengan terpaksa menepuk lebih keras pada pipinya dan mengencangkan suaranya.

"Mas Daffa!"

Daffa tersentak kemudian menatap Casey dengan mata memerah, pria itu terlihat bingung dengan nuansa yang terlihat. Daffa menatap sekeliling kemudian menatap Casey kembali, pria itu langsung menarik Casey dalam pelukannya saat menyadari jika semua itu hanyalah mimpi.

"Mas mimpi Mbak Sasa, ya?"

Daffa terdiam tanpa menjawab, pria itu masih mencoba menormalkan detak jantungnya yang terasa ingin lepas.

Baru kali ini dirinya merasakan hal seperti ini, rasanya sangat gila. Bahkan dikala kematian Sasa, dirinya tidak pernah mimpi hanya berlebihan seperti yang dia alami barusan, atau ini semua adalah sebuah gambaran kejadian suatu hari nanti?

"Mas?"

Daffa yang mengangguk singkat sebagai jawaban. Ketahuilah Daffa dengan segala gengsinya tidak akan pernah mengatakan hal sebenarnya, Daffa cukup malu jika harus mengatakan jika dirinya mimpi buruk saat Casey meninggalkannya.

Pasti gadis itu akan mengejeknya jika mengetahui hal tersebut.

Casey menghela nafasnya, Lagi lagi Sasa. Lelah dengan semua yang berhubungan dengan Sasa, atau sebaiknya dirinya berganti nama dengan Sasa?

Casey menggeleng pelan memikirkan pemikiran abstrak miliknya. "Mas lepas, ini lagi di kantor kamu."

"Nggak akan ada yang lihat," Daffa masih setia memeluk pinggang Casey.

"Kamu kenapa si?"

"Nggak papa,"

Casey memilih diam karena lelah. Casey diam dengan tubuh yang terus dipeluk oleh Daffa, juga ini hal yang cukup bagus mengingat hal ini tidak akan terjadi sering kali, mengingat hal tersebut Casey mulai tersenyum kembali.

Tidak masalah jika kakinya akan terasa pegal karena terus berdiri.

"Sekarang kita pulang," Setelah melepaskan pelukannya mereka, Daffa menggenggam tangan kanan Casey dengan erat seolah takut jika Casey pergi darinya.

"Pulang? Tapi ini belum waktunya pulang, Mas. Nanti kalau ada yang marah gimana?"

Daffa tersenyum miring mendengarnya, "Kamu lupa siapa pemilik perusahaan ini?"

Casey memperlihatkan senyum bodohnya saat menyadari sesuatu, "Oh ya, kamu ya!"

Daffa tertawa melihat reaksi dan wajah Casey, pria itu mencubit hidung Casey membuat Casey langsung spontan menggeplak tangan jahil sang suami, "Mas ih!"

Daffa melepaskannya dengan tawa yang masih terdengar, ekspresi Casey saat ini benar benar menggemaskan. Gadis itu terlihat cemberut dengan tangan kiri yang dia gunakan untuk mengelus hidungnya sendiri.

"Jangan masang wajah kayak gitu, nanti aku khilaf,"

*
*
*

Daffa kini menatap pria di hadapannya dengan wajah tidak suka yang terlihat jelas di wajah datarnya. Sedangkan, pria yang ditatap tajam oleh Daffa tersenyum ramah kearahnya. Sangat berbanding terbalik.

"Hai, om"

What the he- Om? Ingin sekali Daffa membunuh pria di hadapannya ini.

Casey meringis saat mendengar panggilan Alfin untuk Daffa, gadis itu melotot kearah Alfin yang terlihat bingung dengan kodenya.

Casey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang