Part 3 - Donat Spesial

53 3 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sea duduk di depan pintu kamarnya. Dirinya benar-benar tidak bisa tidur. Seharian pikirannya melayang mengingat perjumpaannya dengan seseorang yang bernama Kala. Entah siapa lelaki itu. Tetapi rupanya dia berhasil membuat isi kepala Sea penuh dengan memori pagi tadi.

Tak lama derap langkah kaki seseorang terdengar mendekat dari arah bawah. Ternyata Mona yang datang. Sea langsung menyapanya, "Baru pulang, Mon? Tumben malam banget."

"Eh elo, Mbak. Iya, tadi lagi ada urusan sebentar. Kok belum tidur?" Mona balik bertanya.

"Belum. Lebih tepatnya nggak bisa tidur."

Pasti karena mikirin kejadian tadi pagi deh, ujar Mona dalam hati seolah bisa menebak isi hati Sea.

"Lho kenapa?" tanya Mona pura-pura heran.

Sea mengangkat kedua bahunya. "Nggak ngerti."

"Banyak pikiran tuh."

"Nggg... lo capek nggak?" sahut Sea tiba-tiba.

"Lumayan sih."

"Oh capek," jawab Sea sedikit kecewa.

"Kenapa? Lo mau curhat?"

"Tadinya. Tapi kalau lo capek. Nggak apa-apa, lo istirahat aja."

"Kalau mau curhat, curhat aja kali, Mbak. Tapi gue bersih-bersih dulu ya sebentar."

"Beneran?" Mata Sea berbinar. "Makasih ya."

"Santai aja kali. Nanti gue ke kamar lo lagi."

***

Setengah jam kemudian,

Mona menyambangi kamar Sea dengan rambut masih terbungkus handuk.

"Aku datang," ujar Mona yang lalu mengambil tempat di tempat tidur Sea. Mata Mona tertuju ke arah meja di samping tempat tidur itu. Sebuah kardus donat terhidang dengan sangat menggiurkan.

Mona iseng-iseng bertanya tentang donat yang sebenarnya sudah diketahui asal usulnya. "Wuih, ada donat nih. Kayaknya enak. Lo beli di mana, Mbak?"

"Nggak beli tapi dikasih orang," jawab Sea singkat.

"Di kasih teman ngajar lo?" Mona pura-pura menebak.

"Bukan. Baru kenal tadi," sahut Sea yang lalu tiba-tiba terdiam seperti bingung ingin bercerita.

"Cuma-cuma gitu? Kok lo mau aja. Nggak takut ada apa gitu di donatnya."

"Nggak gitu..." sergah Sea seperti tidak rela dengan perkataan Mona, "awalnya gue beli donat sendiri. Tapi terus jatuh gara-gara ngejar itu cowok." Sea menutup mulutnya ketika sadar keceplosan.

"Itu cowok? Jadi yang kasih donat ke elo tuh cowok? Terus elo bilang barusan ngejar dia. Ngapain? Cie..." cecar Mona yang makin menjadi-jadi.

"Ih... bukan ngejar yang gimana-mana. Dompet cowok itu jatuh. Jadi gue ngejar dia untuk balikin dompetnya. Tapi karena barang bawaan gue banyak. Kardus donat gue nggak sengaja terlepas dari pegangan gue. Jatuh deh. Donat-donat ini gantinya. Ya dibeliin cowok itu."

"Ooooh gitu..." seru Mona mengiyakan sambil menahan senyum, "tapi kok belum lo makan?"

"Iya, belum."

"Gue makan ya." Tangan Mona iseng mencomot salah satu donat. Mona ingin tahu reaksi Sea jika dirinya memakan donat pemberian dari kakak sepupunya itu.

Rupanya respon Sea kali ini agak berbeda. Ditepaknya tangan Mona dari kardus donat.

"Aduh!" pekik Mona kaget, "kok tangan gue dipukul."

"Jangan dimakan dulu," balas Sea cemberut.

"Kenapa?" Mona masih mengusap-usap telapak tangannya.

"Sayang aja. Kelihatannya manis aja gitu."

"Yang manis itu donatnya atau orang yang kasihnya?" telisik Mona sambil memicingkan mata ke arah Sea.

"Ya donatnya lah. Menurut lo?" sangkal Sea.

"Ya biasa aja sih jawabnya. Ngegas banget. Hahaha..."

"Lagian."

"Saran gue nih, mending lo makan. Cowok itu pasti lebih senang kalau pemberiannya dimakan."

"Temenin gue makan kalau begitu."

"Siap!"

Sea baru saja akan mengambil donat di depannya itu, tapi gantian tangannya yang di tepuk Mona.

"Lah kok sekarang tangan gue yang lo pukul?" tanya Sea bingung.

"Sttt... bentar. Mau gue foto dulu donat itu buat kenang-kenangan. Siapa tahu lo butuh suatu hari nanti." Mona mengabadikan kardus donat itu melalui kamera ponselnya.

"Lebai lo. Nggak segitunya juga kali."

"Awas ya kalau nanti jilat ludah sendiri. Hahaha..."

"Nggak akan!"

Sea akhirnya mencomot salah satu donat itu dan menggigitnya. Mona yang masih mengaktifkan kameranya langsung saja mengambil foto Sea yang sedang asyik makan donat. Sengaja dilakukannya untuk nanti diam-diam dia kirim kepada Kala.

"Ngapain lo foto sih."

"Habis lucu."

"Awas ya lo posting di medsos. Gue jitak lo," ancam Sea.

"Di medsos? Nggak level. Gue mau pasang foto lo di videotron. Biar sekalian cowok yang kasih lo donat liat kalau lo udah makan donat pemberiannya."

"Apaan sih lo." Wajah Sea tersipu malu. Tubuhnya mendadak kikuk. Tapi lucunya hati Sea merasa senang ketika Mona menggoda dengan cara itu.

"Ih, mukanya merah. Cie..."

"Monaaaa..."

"Hahaha..."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang