Part 23 - Panggilan Tengah Malam

42 3 0
                                    

Finally... bisa update setelah kesibukan mendera...

Selamat membaca...

Beberapa jam sebelumnya, setelah dari tempat acara donor darah tadi, Kala segera membahas dengan Roy apa-apa saja yang terjadi di kliniknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam sebelumnya, setelah dari tempat acara donor darah tadi, Kala segera membahas dengan Roy apa-apa saja yang terjadi di kliniknya.

"Yaelah, bersih-bersih dulu lo sana. Nanti bawa virus lagi. Hahaha...," tukas Roy.

"Bentar gue mandi dulu. Jangan balik dulu. Gue minta laporan klinik hari ini."

"Iye, bawel lo. Udah sana. Bau lo."

"Hmm... awas jangan sampai balik dulu."

"Astaga naga. Iyaaaa, Pak Bos."

Lalu Kala bergerak ke atas menuju kamarnya, sementara Roy mengambil tempat duduk di kursi pijat otomatis milik Kala. Roy terduduk setengah melamun. Pikirannya masih sedikit terganggu dengan kejadian semalam. Hatinya cemas dengan reaksi Mona setelah mendengar ucapannya itu. "Gimana nih? Apa gue cerita aja sama Kala ya? Tapi emangnya lo beneran serius suka sama Mona, Roy?" Roy bertanya pada dirinya sendiri. Tak menemukan solusi tepat, Roy malah berteriak kesal. "Aaaarrrrggghhh!!!"

Teriakan itu terdengar oleh Kala yang sedang menuruni anak tangga. Kala mempercepat langkah turunnya. Didapatinya Roy sedang mengacak-acak rambutnya. Kalut.

"Heh! Kenapa lo? Stres boleh. Gila jangan. Pakai acara teriak-teriak segala. Berisik, masih ada pasien tuh di dalam," tegur Kala.

Roy terkejut melihat Kala sudah berdiri di hadapannya dengan rapi dan wangi. "Udah mandi lo? Cepat amat?"

"Ngapain lama-lama. Emang elo kalau mandi lama banget. Buruan ke ruangan gue sekarang." Kala memerintah Roy.

Roy mengekor Kala yang sudah lebih dulu masuk ke ruangannya. Wajah Roy terlihat sangat kalut. Samar terdengar dari bibirnya yang terus menyerocos pelan "Ngomong – enggak? Ngomong – enggak?"

"Ngomong apaan?" ulang Kala, "duduk!"

Roy duduk langsung menyandar pada bangku yang ada di seberang meja praktek Kala. Lalu Roy menghela nafas panjang.

"Ada masalah?" tanya Kala penasaran.

"Nggak." Roy menggeleng.

"Klinik aman, kan?"

"Aman," jawab Roy sambil memberikan laporan klinik hari ini.

Kala menerima laporan tersebut dan segera membacanya.

"Terus kenapa tadi teriak?"

"Hmm..." Roy melirik Kala, lalu melipat kedua lengannya di depan dada.

"Ada masalah apa? Biasanya juga lo cerita ke gue."

Roy masih terdiam, tatapan matanya kosong kini. Masalah hati memang paling rumit. Lebih rumit lagi karena target orangnya adalah sepupu dari sahabatnya sendiri. Roy tahu Kala sangat menyayangi adik sepupunya itu. Bahkan dulu, Kala pernah menegaskan untuk tidak macam-macam dengan Mona.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang