Tentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kala sudah ada di kamar hotelnya, masih terjaga di pinggir kasur. Ucapan Samudera masih terngiang-ngiang di pikiran Kala.
"Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawa saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi jika tadi saya tertabrak motor itu. Kala, saya juga ingin berterima kasih karena kamu telah menjaga adik saya. Bahkan menyelamatkan nyawanya juga. Saya tidak tahu harus membalasnya dengan apa. Tapi dari yang saya lihat barusan bahwa kamu begitu peduli dengan adik saya. Dan sepertinya adik saya pun bisa sangat nyaman dengan kamu. Meskipun, saya tidak tahu sejauh apa kalian saling kenal. Tapi kalau kamu memang serius dengan Sea. Datanglah dan mintalah baik-baik adikku ini. Segera, sebelum orang lain yang maju untuk memintanya. Bisakah ini antara saya, kamu, dan Mona saja dulu yang tahu? Bagaimana? Paham, kan?"
Sebenarnya kalau boleh, Kala ingin lompat-lompat tadi di sana karena kegirangan. Tapi permintaan Mas Samudera pun untuk merahasiakan ini dari Sea menghalanginya untuk bereuforia lebih. Dilemanya adalah bagaimana Kala datang meminta tanpa dirinya tahu tentang perasaan Sea. Ya, kenyataannya antara dirinya dan Sea masih sebatas teman. Kalaupun ada info tentang atensi hati yang lebih, itu hanya keluar dari mulut Mona. Bukan dari mulut Sea sendiri.
Kala merasa ada yang harus dilakukannya malam ini juga. Kala ingin memastikan sesuatu sebelum melangkah lebih jauh. Kala mengambil ponsel dan mulai mengirimkan sebuah pesan pada Sea. Bahkan Kala sudah tidak peduli ini sudah jam berapa.
Kala:
Assalamu'alaikum, Se. Sudah tidur?
Nampaknya Sea sudah tidur. Pesannya tak dibalas. Pupus sudah harapnya memastikan sesuatu. "Kayaknya Sea beneran udah tidur deh." Kala meletakkan kembali ponselnya di kasur.
Tapi tiba-tiba, 'tring'
Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar. Kala buru-buru mengambil kembali ponselnya. Betapa leganya, ternyata Sea membalas pesannya.
Sea:
Wa'alaikumussalam. Belum, Kal. Ada apa? Kamu kok belum tidur?
Kala:
Belum. Nggak bisa tidur.
Sea:
Pak Dokter mikirin apa sampai nggak bisa tidur? Hahaha...
Kala:
Mikirin yang lagi sakit.
Jleb! Sea dibuat terdiam, mematung. Sea menelan air ludahnya. Memikirkan siapa Kala? Barang kali Kala kesurupan malam-malam membicarakan yang sedang sakit. Masalahnya, saat ini dirinya pun sedang sakit. Nanti kalau dirinya baper bagaimana?