Part 9 - Hikmah Sebuah Komik

44 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari Sabtu bagi Sea adalah saatnya untuk meringankan beban kerja otak dan otot. Harus jadi waktu yang berkualitas untuk dirinya sendiri. Kalau istilah anak jaman sekarang, waktunya me time dan healing. Sea sedang ingin jalan-jalan sendiri ke sebuah toko buku. Sea ingin membeli novel untuk dibacanya di sela-sela membuat bahan ajar.

Sea sudah siap-siap dari tadi pagi. Sudah rapi dan wangi. Bau khas dari minyak wangi bayi yang selalu menjadi favoritnya. Sambil mengunci pintu kamarnya, Sea melirik ke arah kamar tetangganya. Kamar Mona gelap dan tertutup. Nampaknya Mona sudah berangkat kuliah pagi-pagi. Sea memilih langsung pergi ke tujuannya.

Tukang ojek online mengantar Sea ke sebuah mal terdekat. Lalu ia berjalan menyambangi toko buku di dalamnya. Mencium bau aroma khas toko buku, Sea memekik dengan super pelan, "Me time yang sesungguhnya."

Sea sedang tidak bisa me time ala anak rebahan. Entah kenapa setiap kali matanya terpejam. Satu penampakan wajah selalu muncul akhir-akhir ini. Sea sebenarnya sama sekali tidak terganggu tapi ia hanya takut otaknya mendadak ngelunjak mengkomando dirinya untuk mencari tahu keberadaan sang pemilik wajah.

Hingga akhirnya Sabtu ini, Sea memutuskan mencari candu healing yang lain yaitu toko buku. Semata-mata agar otaknya bisa teralihkan dari wajah yang kini mulai datang tanpa permisi. Sayangnya, usaha Sea untuknya melarikan diri malah mendekatkannya kepada sosok pemilik wajah itu.

Ketika Sea baru saja selesai membayar buku di kasir, Sea sempat mendengar perdebatan ringan seseorang dengan bocah kecil.

"Tapi maaf, Dek. Kakak sudah lebih dulu pegang komik ini," ujar seseorang.

"Ya tapi kan aku yang lebih dulu ngeliat. Buat aku ya, kak," rengek bocah kecil di dekat orang itu.

"Masalahnya cuma tinggal satu. Dan kakak juga ngincer komik ini."

"Kakak kan udah gede. Ngalah ya." Bocah itu memohon dengan sangat.

Sea merasa pernah mendengar suara itu dan sepintas mengenali sosok orang tersebut, mencoba mendekat. Kepala Sea menengok ke arah depan dan persis berhenti ketika manik matanya bertatapan dengan manik mata orang itu. Benar saja, Sea kenal akan orang di depannya kini. Spontan Sea menyapanya dengan keterkejutannya yang cukup kentara, "Kamu?"

Mendengar suara Sea, pandangan sosok orang itu pun langsung beralih. Ekspresinya kaget tapi sinar matanya cukup menyiratkan kesenangan yang tak bisa disembunyikan. "Sea?"

***

Sudah sejak lama, Kala mendengar kabar bahwa seri terbaru komik kesayangannya sudah terbit. Kala sebenarnya ingin sekali mencari tapi belum sempat karena kesibukannya kemarin ini. Baru hari ini, ia realisasikan rencana melengkapi koleksi komiknya itu. Kala pergi ke sebuah toko buku terdekat di dalam pusat perbelanjaan.

Begitu sampai, Kala langsung menyusuri deretan rak buku komik terbaru. Betapa beruntungnya karena tersisa satu buku di rak itu. Ia buru-buru mengambil komik tersebut. Tapi tiba-tiba, ada suara bocah di belakangnya yang menyahut sendu.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang