Part 36 - Kebetulan yang Terencana

52 2 0
                                    


Tubuh Sea mendarat sempurna di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Sea mendarat sempurna di lantai. Tetesan air hujan menciptakan semburat pilu di wajah pucat Sea. Wajah Sea terguyur gerimis.

"Se, Sea... lo kenapa? Bangun, Se." Bara mengangkat kepala Sea dan meletakkannya di lengan kanan. Bara diliputi kekhawatiran. Diguncang-guncangkan bahu Sea. Tak ada respon. Ditepuk-tepuk pipi Sea, tapi lagi-lagi tak ada pergerakan.

"Bangun, Se. Jangan begini dong." Bara kian panik karena mendapati yang Sea tak kunjung sadar.

Samudera yang baru saja sampai di depan rumah orang tuanya itu dibuat sangat terkejut, ketika mendapati Sea terbujur tak sadarkan diri dan seorang laki-laki – yang entah siapa – tengah menepuk-nepuk pipi adiknya itu.

"HEI, SIAPA KAMU? KAMU NGAPAIN ADIK SAYA?" teriak Samudera murka.

Bara yang terperanjat, Macam orang yang terciduk sedang melakukan perbuatan mesum.

"Maaf, Mas. Jangan salah sangka dulu. Tadi adiknya mas mendadak pingsan di sini."

Mendengar ribut-ribut, Ayah Sea lalu muncul keluar. "Ada apa toh rame-rame?" tanya Ayah Sea yang bernama Pak Hardjo itu. Namun, begitu dilihatnya putri kesayangannya dalam kondisi tak sadarkan diri Pak Hardjo langsung mengucap istigfar dengan suara yang cukup keras.

"Astagfirullah, Sea. Kamu kenapa? Mas, ini adikmu kenapa toh? Kok datang-datang begini kondisinya?" Pak Hardjo langsung menodong anak sulungnya itu.

"Mas juga nggak tahu, Yah. Mas juga baru sampai rumah. Datang-datang mas udah lihat ini cowok tepuk-tepuk pipi Sea. Kamu siapa sih?" Lirikan mata Samudera benar-benar menyiratkan ketidaksukaan, terlebih Sea masih dalam dekapan cowok itu, "Minggir dari adik saya. Biar saya yang pegang adik saya."

Bara terpaksa melepaskan tangannya dari tubuh Sea dan segera mempersilakan Samudera mengambil alih posisinya tadi.

Baru saja Bara ingin menjelaskan siapa dirinya, untungnya Pak Hardjo sudah lebih dulu bersuara.

"Wes toh jangan buruk sangka dulu. Dia ini tamunya ayah. Bara namanya. Tadi dia yang bantuin ayah pas jatuh di ujung gang sana."

Mendengar penjelasan itu, Samudera merasa sedikit bersalah karena telah mendamprat orang yang telah membantu ayahnya dan kini juga membantu adiknya. Samudera menghela nafas dan lalu meminta maaf pada Bara. "Maaf, saya kasar tadi."

Bara membalas dengan senyum seadanya. "Nggak apa-apa, Mas. Tapi ini adiknya gimana? Apa mau dibawa ke rumah sakit saja? Kondisi adiknya mas kayaknya juga lemas banget, keningnya juga luka gitu." Dalam hati, Bara berharap Samudera menyetujui sarannya itu.

"Bisa tolong bantu saya bawa adik saya ke rumah sakit?" Samudera akhirnya terpaksa meminta bantuan Bara meski sebenarnya enggan. Kalau ayahnya tidak habis jatuh pasti Samudera lebih memilih meminta pertolongan ayahnya.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang