Part 21 - Si Bijaksana

47 3 0
                                    

Mohon bersabar, banyak adegan uwu dan menggemaskan. Kalau meleyot harap cari pegangan sendiri ya. Hihihi


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pulang dari acara donor darah, Sea langsung bergerak ke rumah sakit, untuk menjenguk Noni. Di perjalanan pulang tadi, Nura tiba-tiba mengirimi pesan singkat terkait keadaan Noni yang harus dirawat. Sea buru-buru memesan ojek online. Tak berapa lama, sang supir ojek datang dan menyebutkan namanya.

"Mbak Sea ya?"

Sea bergeming, "Iya, saya."

"Oh baik." Supir itu memberikan helm untuk Sea.

Sea menerima helm tersebut dan langsung naik ke motor, "Ngebut ya, Pak. Saya buru-buru. Mau jenguk teman."

"Siap, Mbak." Motor ojek itu kemudian bergerak dengan kecepatan tinggi. Benar-benar ngebut. Hingga bahkan berkali-kali Sea mengucapkan istigfar. Ajaibnya, hanya butuh waktu 10 menit bagi Sea untuk tiba di rumah sakit.

Sea turun dengan lutut gemetar sambil mengembalikan helm yang tadi dipakainya. Ia lalu membayar ongkos perjalanan kepada si supir ojek. Saking penasarannya dengan skill balap si supir ojek, Sea sampai menyeletuk, "Bapak mantan pembalap, ya?"

Sementara sang tukang ojek hanya bisa tersenyum mendengar ocehan penumpangnya.

Sea pun masih mengusap dada seraya mengucap lirih, "Selamet... selamet...."

***

Sea berjalan menuju ruangan yang telah Nura beritahu. Rupanya Nura masih setia menunggu Noni di luar. Sea menyapa Nura dengan nada cemas, "Gimana Noni, Ra?"

Nura menoleh saat mendengar suara Sea. Namun, bukannya menjawab pertanyaan Sea, Nura malah langsung memeluk Sea erat.

Sea bingung tiba-tiba didekap temannya itu. Tidak biasanya Nura bersikap demikian. Pikiran Sea sudah kemana-mana. Jangan-jangan terjadi hal yang buruk pada Noni.

"Ra, ada apa? Noni gimana? Kok lo malah peluk gue?"

Nura tetap terdiam dalam pelukan Sea.

"Ada apaan sih? Noni kenapa? Kok lo nggak jawab gue pertanyaan gue."

"Se... Noni, Se." Nura berujar lirih, masih dalam pelukan Sea. Malah pelukannya semakin erat, Sea bisa merasakan wajah Nura menempel pada ceruk lehernya.

"Iya, Noni kenapa? Cerita, Ra..."

Nura diam lagi. Sea jadi ikut-ikutan resah sendiri. Bingung sekaligus kalut melihat Nura yang jadi aneh begini.

"Ra, Noni kenapa? Jawab dong." Sea bahkan sampai mengguncang-guncang lengan Nura.

"Se, Noniiii..." Suara Nura makin terdengar sedih.

"Noni kenapa, Ra?" Sea malah ikut-ikutan nyaris menangis.

Tapi tiba-tiba, wajah sendu dipelukannya Sea tanpa kentara menyunggingkan satu senyum jahil. Nura berbisik pelan di telinga Sea, "Noni hamil, Se. Mau punya bayi. Yeeeayyyy..." pekik Nura yang berubah ekspresi bahagia.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang