Part 20 - Tragedi Indah

40 2 0
                                    


Jangan beranjak! Nanti diam-diam rindu sama cerita ini lagi.... 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sea menepuk bahu Nura dari belakang.

"Noni jadi donor nggak?" tanya Sea.

"Tadi katanya jadi. Dia juga lagi jalan ke sini. Paling bentar lagi nongol."

"Oke."

"Habis ngapain di dalam? Curiga gue." Nura mengendus kejanggalan ketika dilihatnya segelas kopi di tangan Sea sudah raib.

"Habis kasih kopi."

"Oh." Nura manggut-manggut. Tapi sedetik kemudian Nura heboh sendiri. "Wait, lo kasih ke siapa itu kopi?"

"Cuma kasih ke dokter."

"Dokter PMI atau si dokter tambahan? Katanya kehadiran Dokter Kala itu cukup bikin para mahasiswi kita kegirangan. Ada makhluk tampan berjas putih kata mereka. Kalau gue lihat-lihat memang gantengnya sebelas dua belaslah sama Nicholas Saputra."

"Lebai. Gue cuma kasih ke Dokter Kala."

"Hmm..."

"Apa ham hem ham hem?"

"Jadi ternyata dokter toh yang jadi target operandi lo dari awal? Jadi lo menolak abangnya si Sadam gara-gara ini?"

"Otak lo imajinatif sekali. Dokter Kala itu ternyata sepupunya si Mona, Ra. Teman kosan gue. Ya kali nggak gue tegur sapa."

"Hmm..."

"Ham hem ham hem apalagi!" Sea langsung menunjukkan wajah judesnya.

"Ih judesnya Sea kalau lagi ngambek. Bercanda, Se."

"Lo duluan yang mulai."

"Kan gue cuma berasumsi. Kali aja benar."

"Udah ah nggak usah dibahas."

Tiba-tiba di tengah obrolan panas itu, Noni datang setengah berlari dan berhenti tepat di depan kedua temannya itu. Nafasnya ngos-ngosan.

"Belum terlambat, kan?" tanya Noni sambil terengah-engah.

"Belum kok."

"Non, kok lo..." Sea baru ingin bertanya tapi sudah dijegal dulu dengan omongan Noni.

"Bentar gue nafas dulu."

Sea dan Nura saling menatap.

"Apa?" tanya Noni lagi setelah menarik nafas panjang.

"Lo agak pucat?" seru Sea menunjuk wajah Noni. Nura juga manggut-manggut, membenarkan.

"Gimana nggak pucat. Orang daku habis lari dari gedung fakultas lain. Jauh kawan. Capek kali diriku ini."

Mendengar penjelasan menggelikan itu, baik Sea dan Nura mendadak ilfeel. Keduanya kompak geleng-geleng kepala.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang