Kala dan Sea segera bergerak menuju sebuah rumah sakit, setelah mendapat kabar dari Roy tentang penganiayaan yang dialami Mona. Ekspresi wajah Kala bahkan kian menegang tatkala diberitahu bahwa Mona sampai pingsan karena cedera bahu yang cukup parah.
Di sepanjang perjalanan, Sea berkali-kali mencoba menenangkan Kala yang terlihat sangat gelisah. Namun, rasanya percuma. Kala kini justru hanya diam tertegun dengan tatapan mengawang seperti memikirkan sesuatu.
"Kal," panggil Sea.
Kala masih melamun.
Dengan sabar, Sea kembali memanggil nama laki-laki itu. "Kala, kita sudah sampai. Ayo turun."
Kala terhenyak. Sadar bahwa dirinya barusan melamun. "Maaf, Se. Ayo, kita turun."
Keduanya turun dari taksi online yang mereka tumpangi, setelah sebelumnya rencana pulang dengan Bus Trans Jakarta terpaksa gagal karena kabar terkait Mona.
Begitu sampai di rumah sakit, Kala dan Sea langsung berjalan cepat mencari kamar Mona. Namun, begitu sampai di depan pintu kamar itu, Kala dan Sea justru harus menahan langkah kaki mereka untuk tidak masuk ke dalam. Roy dan Mona nampaknya sedang bersitegang akan sesuatu.
"Justru karena gue sayang sama lo makanya gue begini. Nggak bisa, Mas. Lo lebih baik cari perempuan lain, Mas."
"Gue sekarang yang nggak ngerti sama jalan pikiran lo. Lo bilang lo juga sayang sama gue. Tapi lo juga bilang gue nggak bisa sama lo. Dan lo juga suruh gue cari perempuan lain."
"Gue nggak bakalan bisa jadi pendamping hidup lo seperti kebanyakan perempuan lainnya, Mas!"
"Ini sebenarnya ada apa sih?"
"Gue bukan cewek sempurna, Mas. Gue mengidap sindrom MRKH. Gue nggak punya rahim! Gue nggak bisa hamil. Gue nggak akan pernah bisa punya anak!!!"
"Gue harap lo bisa berpikir ulang soal pernyataan lo tadi. Kalau lo minta gue jadi pendamping lo, sudah bisa dipastikan gue nggak akan bisa kasih lo keturunan,"
Kala dan Sea terpaku. Tak menyangka akan menyaksikan hal ini.
Sea melipir mundur dan menyandarkan diri ke tembok. "Ini yang paling saya khawatirkan, Kal. Melihat Mona jujur soal rahasianya selama ini."
Kala menoleh seketika saat Sea bicara seperti itu. "Ka-kamu tahu soal keadaan Mona?"
Sea mengangguk. "Lebih tepatnya nggak sengaja tahu. Waktu saya beresin kamar Mona pasca kemalingan tempo hari, saya nggak sengaja baca dokumen kesehatan milik Mona. Sindrom MRKH. Perempuan tanpa rahim," ucap Sea pelan dengan tatapan kosong seperti ikut terbawa kesedihan Mona.
"Apa Mona tahu kalau kamu mengetahuinya?" lanjut Kala menanyai Sea.
Kali ini Sea menggelengkan kepalanya. "Tidak. Saya memutuskan untuk pura-pura tidak tahu. Saya tidak ingin menambah beban Mona dengan bertanya perihal sesuatu yang membuatnya tak nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
RomanceTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...